Ponorogo (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko melakukan panen jagung jenis Hibrida Varietas TKS 234 atau Reog 234 di Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo, Jumat.
Varietas Reog 234 memiliki sejumlah keunggulan baik dari segi produksi maupun ketahanannya terhadap perubahan cuaca yang ekstrem. Ditambah, varietas ini bisa ditanam di berbagai struktur wilayah, baik dataran rendah maupun dataran tinggi.
Jagung Reog 234 bisa menghasilkan rata-rata 10,2 ton per hektare dan bahkan bisa mencapai 12,4 ton per hektare.
"Terima kasih atas seluruh inisiasi, inovasi, dan kreativitas masyarakat Ponorogo yang sudah menemukan bibit jagung dengan kualitas bagus dan memiliki ketahanan yang luar biasa terhadap perubahan cuaca. Apalagi, diprediksi tahun ini musim hujan panjang dan tahun depan akan kemarau panjang," kata Khofifah saat panen jagung tersebut.
Selain itu, dari segi kandungan gizi, varietas TKS 234 atau Reog 234 ini juga memiliki kadar karbohidrat 85,43 persen, protein 9,10 persen, dan lemak 3,95 persen.
Gubernur Khofifah meminta varietas ini segera didaftarkan hak atas kekayaan intelektualnya (HaKI) ke Ditjen Kekayaan Intelektual Kemenkumham.
Hal itu dimaksudkan agar varietas Reog bisa mendapatkan hak paten sebagai hasil karya masyarakat Ponorogo.
Di samping itu, lanjut dia, ketika benih ini dipasarkan ke daerah lain, namanya tidak berubah.
"Sama seperti Reog Ponorogo, kalau benih ini dipasarkan ke daerah lain mau ditanam di Medan, di Maluku, di NTT di manapun, maka namanya tetap jagung hibrida varietas Reog 234. Sama seperti kesenian Reog Ponorogo, mau dimainkan di manapun di seluruh Indonesia, namanya tetap Reog Ponorogo," katanya.
Berdasarkan data BPS, produksi jagung Jatim pada 2021 mencapai 6,662 juta ton PPK dari luas panen 1,230 juta ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 54,16 kuintal/hektare.
Produksi jagung Jatim tersebut berkontribusi 26,34 persen terhadap nasional, yang sekaligus juga menempatkan Jatim sebagai provinsi tertinggi penghasil jagung di Indonesia.
Sedangkan, berdasarkan data sementara BPS, produksi jagung di Jatim pada 2022 diprediksi mencapai 7,319 juta ton PPK dari luas panen 1,326 juta hektare.
"Jadi data yang fixed masih tahun 2021, karena untuk data produksi jagung tahun 2022 dari BPS secara resmi rencananya akan dirilis pada Maret ini," katanya.
Menurut Khofifah, permintaan maupun pasar dari produksi jagung ini sangat tinggi, baik untuk pakan ternak maupun digunakan untuk industri produk makanan dan minuman sektor rumah tangga.
Di sektor pakan ternak, pasar utama pakan ternak di Jatim adalah peternakan ayam ras pedaging dan petelur, yang mana 50 persen komponen pakan ayam adalah jagung.
Secara kumulatif, kebutuhan jagung untuk Jawa Timur sebesar 4,417 juta ton, masing- masing untuk kebutuhan pakan ternak sebesar 3,365 juta ton, industri nonpakan tercatat 0,962 juta ton, dan untuk konsumsi rumah tangga 90.549 ton.
Industri pakan ternak dan ketersediaan bahan baku berupa jagung ini saling berkaitan.
Jenis industri pakan ternak di Jatim dibedakan menjadi dua. Pertama, industri pakan ternak mandiri skala kecil yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak maupun unggas lokal. Kedua, industri pakan ternak sedang dan besar (manufaktur).
Dengan adanya varietas Reog 234, Khofifah optimistis produktivitas jagung Jatim akan meningkat. Jagung varietas Reog 234 ini diyakininya akan menjadi kebanggaan dan keunggulan pertanian Jatim.
"Varietas ini akan menjadi kebanggaan tidak hanya masyarakat Ponorogo, tapi juga masyarakat Jatim. Setelah ini, akan sangat mungkin banyak tamu-tamu dari luar Jatim yang datang untuk belajar dan mengambil benih dari varietas Reog 234 ini," katanya.
Sementara itu, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengatakan bahwa jagung jenis Hibrida Varietas TKS 234 atau Reog 234 hasil karya anak Ponorogo ini hasil produksinya terus meningkat.
Menurutnya, varietas ini masa tanamnya tidak jauh dengan varietas lain, tapi harganya jauh lebih murah, sehingga memberikan nilai tambah bagi petani.
"Ini adalah asli bikinan putra-putra Ponorogo, mudah-mudahan ke depan, misi kami, Ponorogo tidak hanya sebagai daerah penghasil jagung, tapi juga daerah penghasil benih jagung," ujarnya.