Jakarta (ANTARA) - Stefanos Tsitsipas berpeluang menjadi juara Grand Slam dari Yunani pertama sekaligus berstatus peringkat satu dunia apabila memenangi final Australian Open melawan Novak Djokovic pada Minggu.
Selain bersaing dengan Tiga Besar, Tsitsipas juga terlibat rivalitas yang menarik dengan Daniil Medvedev, bahkan sang petenis Rusia menyebut ermainan Tsitsipas "membosankan". Sedangkan Tsitsipas melontarkan sumpah serapah kepada Medvedev dalam pertemuan mereka di Miami.
Calon lawannya di Melbourne, Djokovic, yang tidak lepas dari kontroversi, adalah penggemar Tsitsipas.
"Dia pekerja keras, berdedikasi, orang baik," kata petenis Serbia itu.
"Dia sangat cerdas dan bijak. Saya menyukai fakta bahwa dia lebih dari sekadar pemain tenis dan dia selalu ingin belajar dari pengalaman dan memahami hal baru tentang dirinya sendiri."
"Itulah sifat seorang juara, seseorang yang memiliki potensi besar untuk menjadi nomor satu dunia dan memenangi Grand Slam dan menjadi duta olahraga yang hebat," kata Djokovic seperti dikutip AFP.
Keluarga atlet
Olahraga telah mendarah daging dalam keluarga Tsitsipas. Ayahandanya, Apostolos, adalah pelatihnya sedangkan ibunya, Julia Salnikova, adalah mantan petenis profesional.
Kakek Tsitsipas, Sergei Salnikov, merupakan peraih medali Olimpiade 1956 ketika membela tim nasional sepak bola Uni Soviet.
Sejak terjun ke dunia tenis profesional pada 2016, Tsitsipas melalui grafik karier yang terus menanjak.
Dia berperingkat 210 dunia pada musim pertamanya namun mampu masuk 100 besar pada akhir 2017 hingga lima besar pada 2018, menjadi orang pertama Yunani yang meraih pencapaian setinggi itu.
Pada usia 21 tahun, Tsitsipas telah merasakan sejumlah kemenangan atas tiga petenis terbesar di dunia: Djokovic, Nadal, dan Federer.
Ia menjadi orang pertama Yunani yang menjuarai turnamen tour dan sejauh ini merebut sembilan trofi, namun gelar Grand Slam belum pernah ia genggam.
Tsitsipas berharap nasibnya akan baik ketika menghadapi Djokovic di Rod Laver Arena, Minggu nanti. Kemenangan juga akan membuatnya menjadi petenis peringkat satu dunia untuk pertama kalinya.
Final turnamen Grand Slam terakhir yang ia jalani terjadi pada 2021 saat nyaris merebut gelar French Open setelah sempat unggul dua set dalam final melawan Djokovic sebelum petenis Serbia itu bangkit dari ketertinggalan untuk menang.
Kemenangan terbesar yang dia raih sejauh ini tercipta saat Tsitsipas berusia 21 tahun. Ia merebut titel ATP Finals penutup musim 2019, menjadi juara termuda sejak Lleyton Hewitt pada 2001.
Meregang nyawa
Tidak banyak atlet yang kariernya ditempa oleh pengalaman nyaris mematikan, namun Tsitsipas pernah nyaris kehilangan nyawanya.
Pada 2015, saat ambil bagian pada turnamen kasta ketiga di Pulau Kreta, Tsitsipas yang masih remaja dan seorang temannya pergi berenang dan salah melakukan perhitungan terhadap kekuatan arus laut.
Dua pemuda itu nyaris hanyut disapu ombak, namun ayah Tsitsipas, Apostolos, terjun ke laut dan menyelam untuk menyelamatkan mereka.
"Kami tidak bisa bernafas, saya merasa tidak enak di dalam air dan ketakutan. Saya tidak tahu bagaimana ini akan berakhir," kata Tsitsipas mengingat pengalamannya itu.
"Ayah saya melihat dari kejauhan dan dia terjun, mulai berenang ke arah kami dan mendorong kami ke arah pantai. Saya hampir mati. Apabila kami meninggal dan kehilangan nyawa kami hari itu, kami berdua pastinya akan mengalaminya. Ayah saya adalah seorang pahlawan."
"Itu adalah hari di mana saya melihat hidup dengan perspektif berbeda. Saya ingat setelah itu betapa secara psikologis hal itu mengubah saya."
Dengan rambut gondrong pirang dan tinggi menjulang 193 cm, Tsitsipas telah lama disebut-sebut sebagai calon pewaris Djokovic, Rafael Nadal dan Roger Federer.