Bojonegoro - Warga sejumlah desa di Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), yang membeli minyak sulingan produksi sumur minyak tua di Desa Wonocolo, Hargomulyo dan Beji, Kecamatan Kedewan, mulai memasarkan minyak tanah, dengan menambah zat kimia penjernih. "Pola menambah penjernih dengan zat kimia ini, sudah berjalan setahun, setelah harga minyak tanah di pasaran tinggi," kata seorang warga Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Iwan (34), Selasa. Didampingi, Mulyono (41) dan Agus, keduanya juga penduduk Desa Wonocolo, yang juga memproses minyak sulingan, Iwan menjelaskan, warga yang memproses dengan pola mencampur hasil sulingan minyak mentah produksi sumur minyak tua, dengan menambah zat kimia, jumlahnya ratusan. Mereka, lanjutnya, tidak hanya warga di tiga desa penghasil minyak mentah di Kecamatan Kedewan, namun juga warga di sejumlah desa di Kecamatan Kalitidu dan Purwosari. Mereka, membeli hasil sulingan minyak mentah yang diproses penyuling di lapangan sumur minyak tua di tiga desa itu. Disebutkan, harga minyak solar di lokasi penyuling tradisional mencapai Rp100 ribu per jerigen isi 35 liter, untuk minyak tanah Rp165 ribu per jerigen 35 liter."Ini minyak tanah sulingan yang sudah dicampur solar warnanya kuning, setelah diberi zat kimia warnanya menjadi jernih," kata Iwan yang mengambil hasil oplosan itu dengan gelas plastik. Menurut dia, minyak sulingan yang sudah diproses menjadi minyak tanah tersebut, selanjutnya dibeli pedagang "engkrek" yang membawa kendaraan bermotor roda dua untuk dipasarkan kepada konsumen, tidak hanya lokal Bojonegoro, Ngawi, Blora, Jateng, bahkan hingga mencapai Surabaya. "Di lokal Bojonegoro dan sekitarnya harga di konsumen sekitar Rp6.000,00 per liter, kalau di Surabaya bisa mencapai Rp8.000,00 per liter," kata Mulyono menjelaskan. Berapa jumlah minyak tanah yang dipasarkan, baik Mulyono dan Iwan mengaku, bisa memasarkan minyak tanah ke konsumen hasil olahannya berkisar 400 liter per hari."Kalau produksi minyak tanah saya, tidak usah saya pasarkan langsung diserbu pembeli yang datang ke rumah," kata Sumiran (34), pengolah minyak tanah asal Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan. Ditemui terpisah, Ketua KUD Usaha Jaya Bersama (UJB) Kecamatan Kedewan, Marjuki (45) mengelak, memberikan keterangan soal pengolahan minyak tanah dengan menambah zat kimia. Alasannya, proses di lapangan yang dilakukan penambang minyak mentah, penyuling juga warga lainnya, bukan wewenangnya. "Saya kurang tahu proses rinci pekerjaan di lapangan," elak Marjuki yang mengaku juga memiliki sumur minyak tua di wilayah itu. Hanya disebutkan, jumlah sumur minyak tua di tiga desa di Kecamatan Kedewan yang diproduksikan berkisar 85 buah sumur minyak per harinya. Dari semua sumur minyak yang diproduksikan tersebut, produksinya bervariasi mulai yang hanya dua drum minyak mentah per hari, hingga ada yang mencapai 20 drum per hari. "Kalau program kami, terus berusaha mendapatkan izin dari BP Migas, dalam pengelolaan sumur minyak tua yang ada, sehingga produksinya bisa disetorkan ke Pertamina," katanya menambahkan.
Berita Terkait

Imbalan Jasa Minyak Bojonegoro Ikuti Minyak Dunia
19 Juli 2018 18:29

Tanah Lapangan Sumur Minyak Tua Bojonegoro Tidak Bisa Ditanami
5 Januari 2018 15:28

Disbudpar Bojonegoro Berencana Kenakan Karcis Masuk Museum
31 Mei 2016 13:57

PHRI: Liburan Tak Pengaruhi Hunian Hotel Bojonegoro
5 Mei 2016 11:59

Pengembangan Wisata Minyak Bojonegoro Butuh Dukungan Masyarakat
18 April 2016 20:57

Polisi Bojonegoro Tetapkan Tersangka Pengiriman Minyak Mentah
5 April 2016 17:36

Pemkab Bojonegoro akan Bahas Pengembangan Wisata Minyak
17 Maret 2016 09:47

Pemkab Bojonegoro Akan Survei Wisata Sumur Minyak
8 Maret 2016 14:00