Bojonegoro (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, akan membahas bersama Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Jawa Tengah, dalam pengembangan lapangan sumur minyak tua di Kecamatan Kedewan, sebagai pendukung wisata alam "geoheritage" petroleum, Jumat (18/3).
"Pembahasan untuk menentukan pembagian tugas dalam pengembangan lapangan sumur minyak tua sebagai objek wisata minyak," kata Kepala Bidang Pengembangan dan Pelestarian Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Suyanto, di Bojonegoro, Kamis.
Lebih lanjut ia menjelaskan pembahasan bersama akan menentukan pekerjaan yang harus dilakukan masing-masing-masing instansi yang terlibat dalam pengembangan lapangan sumur minyak tua sebagai objek wisata.
Pemkab, lanjut dia, kemungkinan akan memugar rumah singgah di Desa Kedewan, Kecamatan Kedewan, yang dijadikan stard awal wisata "off road" objek wisata lapangan sumur minyak tua, pada 2017.
"Rumah singgah yang biasa dimanfaatkan untuk rukyat hilal bangunan dan tanahnya milik pemkab," ucapnya.
Ia juga menyebutkan pembahasan juga akan melibatkan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu, Jawa Tengah, yang memiliki kawasan hutan lapangan sumur minyak tua di Kecamatan Kedewan.
Oleh karena itu, lanjut dia, pengelolaan lapangan sumur minyak tua sebagai objek wisata selain melibatkan para penambang minyak tradisional, juga melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
"Pengelolanya nanti kelompok sadar wisata (pokdarwis) gabungan penambang minyak tradisional, LMDH, juga yang lainnya," jelas dia.
Ahli Geologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPNV) Yogyakarta, Dr. Sujatmika Setiawan, MT., menjelaskan lapangan sumur minyak tua merupakan salah satu pendukung objek wisata alam "geoheritage" petroleum.
Sesuai rencana , lanjut dia, rute "off road" diawali dari rumah singgah di Desa Kedewan, kemudian dengan jeep berkeliling di kawasan lapangan sumur minyak tua, dengan melihat sejumlah objek wisata migas.
"Jarak "off road" sekitar 14 kilometer dalam waktu sekitar 1 jam. Kalau pengunjung ingin tahu penambangan sumur minyak tradisional dan modern, ya, di Kecamatan Kedewan," paparnya.
Namun, menurut dia, kalau pengunjung ingin tahu kondisi batuan dan tanah yang mengandung endapan minyak, harus mengunjungi wisata alam "geoheritage" di Kedungmaor, Kecamatan Temayang, juga lokasi lainnya.
"Kalau ingin lengkap wisata alam "geoheritage" petroleum di Bojonegoro membutuhkan waktu paling tidak empat hari," kata dia, yang bersama Tim UPNV Yogyakarta, selaku peneliti wisata alam "geoheritage" di Bojonegoro itu. (*)