Pasuruan - Harga bahan pokok, khususnya beras dan telur di Kota Pasuruan Jawa Timur selama dua pekan terakhir ini terus naik. “Hampir setiap hari harga beras terus naik rata-rata Rp 100,00 perkilogram,” kata Khudori (54), seorang pedagang di Pasar Besar Kota Pasuruan, Jawa Timur, Selasa. Ia menyebutkan, harga beras Membramo yang dua pekan lalu masih Rp 7.300,00 perkilogram, kini telah naik menjadi Rp8.000,00 perkilogram. Begitu juga beras Bengawan yang semula Rp6.500,00 perkilogram kini meningkat menjadi Rp7.500,00 per kilogram. Sedangkan harga telur, lanjut Khudori, selama dua pekan terakhir juga naik dengan tidak menentu. Ia menyebutkan, harga telur yang dua pekan lalu Rp13.300,00 perkilogram, kini meningkat terakhir mencapai Rp15.000,00 perkilogram. Bahkan, kata Khudori, dua hari lalu harga telur di Kota Pasuruan sempat mencapai Rp16.200,00 perkilogram, tapi kemudian turun kembali menjadi Rp15.000,00 perkilogram. Kondisi harga telur yang tak stabil tersebut juga diakui M. Syakroni (44), seorang pengepul telur di Purworejo Kota Pasuruan. Sehingga selama dua hari lalu ia mengaku sempat berhenti kulakan, dan memasok telor ke pengecer. Padahal,ia sebenarnya merupakan pedagang pemasok utama telur di Pasar Besar Kota Pasuruan. ”Sekitar 95 persen kebutuhan pedanag telur di Pasar Besar Kota Pasuruan mengambil ke kami,’ kata M. Syakroni atau yang akrab dipanggil Yani Telor. Ia mengaku sempat berhenti dua hari tidak memasok telaur ke Pasar Besar kota Pasuruan karena harga tidak stabil. Ia khawatirdengan harga telur yang terlalu tinggi akan membuat kejutan bagi pembeli, serta untuk menghindari risiko spekulasi. Namun mulai Selasa (5/7) Syakroni mulai mendatngkan kembali telur, dengan harga Rp14.900,00 perkilogram di tingkat pedagang borongan. Hal senada juga diungkapkan, Udin (35), seorang pengepul telur di Desa Gondangrejo, Kecamatan Gondangwetan, Kabuoaten Pasuruan. Ia menyebutkan, harga telur yang semula Rp14.500,00 perkilogram, naik menjadi Rp14.900,00 prkilogram. Menurut Syakroni, kenaikkan harga tekur yang kemudian menjadi tidak stabil tyersebut disebabkan oleh banyaknya pertmintaan, yakni dari luar Jawa, serta para perajin industri kue kering yang tengah meningkatkan produksinya menjelang ramadhan dan lebaran.