Surabaya (ANTARA) - Institut Teknologi Bandung (ITB) menyabet dua gelar juara pada Lomba Geoteknik Mahasiswa Tingkat Nasional 2022 yang digelar Himpunan Mahasiswa Sipil ITS bekerja sama dengan Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI) dan PT Teknindo Geosistem Unggul.
Ketua dewan juri Lomba Geoteknik Mahasiswa Tingkat Nasional, Wahyu P. Kuswanda dalam keterangannya, Sabtu mengatakan penetapan para juara itu dilakukan setelah para tim finalis menyelesaikan laporan, presentasi dan tanya-jawab hasil perancangan geoteknik masing-masing di hadapan dewan juri pada tanggal 24 November 2022.
Setiap tim finalis diminta untuk melakukan perancangan geoteknik berupa perbaikan tanah lunak dalam waktu 14 jam.
"Kami menetapkan para juara berdasarkan nilai rata-rata yang diberikan oleh Juri pada laporan, presentasi dan tanya-jawab hasil perancangan geoteknik yang dilakukan oleh masing-masing Tim Finalis pada tanggal 24 November 2022," ujarnya.
Direktur Utama PT Teknindo Geosistem Unggul itu mengatakan, bahwa lomba ini telah terselenggara selama delapan kali.
Dengan adanya kompetisi melalui tantangan studi kasus ini, diharapkan dapat mengenalkan problem pembangunan pada tanah sulit di Indonesia kepada para mahasiswa geoteknik.
"Terutama ini menghadapi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan," kata Wahyu.
PT Teknindo Geosistem Unggul memiliki salah satu misi melibatkan diri dalam pengembangan ilmu geoteknik di Indonesia.
"Kegiatan ini adalah salah satu realisasi dari misi kami untuk mengembangkan ilmu geoteknik di Indonesia," ujarnya.
Ia berharap para pemenang kompetisi akan menjadi kader-kader muda geoteknik masa depan.
"Setelah lulus nanti kami berharap berprofesi sebagai ahli geoteknik menyusul senior-senior kami dan saya juga," ungkap Wahyu.
Pada lomba itu, juara 1 disabet oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung dari Tim Kuya Earthbender.
Tim yang anggotanya terdiri dari Ilham Rahadian Widyananda, Gunadi Rizqi Pasca Aquila dan Yehezkiel Andreas itu berhasil mengumpulkan nilai dari dewan juri sebesar 86,62.
Sedangkan juara 3 disabet oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung dari Tim Kuya Kuyi Tectona. Tim yang anggotanya terdiri dari Kevin Khaedar Nuridwan Putra, Azka Syarifa Amani dan Muchammad Ricky Ferdian itu berhasil mengumpulkan nilai dari dewan juri sebesar 82,32.
Semenanjung juara 2 disabet oleh Universitas Parahyangan Bandung dari Tim Pacivic Pier. Tim yang anggotanya terdiri dari Alexander Tommy, Ian Hartono, dan Samuel Jemmy Setiadjie itu berhasil mengumpulkan nilai dari dewan juri sebesar 84,15.
Sebagai juara harapan 1 dan juara harapan 2 masing-masing adalah Tim Geoculus dari Universitas Bina Nusantara (BINUS) Jakarta dengan nilai 80,83 dan Tim Zwageri dari Universitas Mulawarman (UNMUL) Samarinda dengan nilai 67,73.
Para Juara memperoleh sertifikat dari Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI), trophi dan hadiah uang tunai. Juara 1, 2 dan 3 masing-masing memperoleh hadiah uang tunai sebesar Rp10.000.000, Rp7.500.000 dan Rp5.000.000. Sedangkan Juara Harapan 1 dan Juara Harapan 2 masing-masing memperoleh hadiah uang tunai sebesar Rp1.000.000.
Sementara itu Tim Kuya Earthbender dari ITB yang berhasil menyabet juara 1 mengatakan bahwa selama persiapan kompetisi ini, mereka lebih banyak belajar dari tahun-tahun sebelumnya. Kemudian juga meminta arahan kepada dosen pembimbing Hendra Susila.
"Beliau banyak mengarahkan, kami juga bertanya kepada kakak-kakak tingkat mencari inspirasi dan cara untuk menjadi juara," ungkap Ketua Tim Kuya Earthbender dari ITB, Ilham Rahardian.
Ia mengatakan, untuk materi lomba sendiri tak jauh dari disiplin ilmu mereka. Yaitu mengenai perbaikan tanah untuk lereng dengan sejumlah metode.
"Kami mencoba menerapkan perbaikan lereng dengan cara perkuatan geotextile dan juga perkuatan permukaan dengan gabion," ujarnya.
Atas raihan kemenangan ini, Tim Kuya Earthbender dari ITB merasa senang dapat membawa pulang gelar juara.
Mereka berharap dengan bekal ilmu geoteknik tersebut, dapat mendukung pembangunan. Terutama di IKN.
"Metode-metode yang telah kami pelajari dan kami praktekkan ini tentunya akan sangat membantu pembangunan infrastruktur di Indonesia nantinya," kata Ilham Rahardian.
Senada, Ketua Tim Pacivic Pier Samuel Jemmy mengaku bahwa lomba kali ini cukup kompleks dengan waktu terbatas.
"Kami memberikan solusi yang terbaik dan menentukan parameter-parameter tanah yang tepat di sisi lain waktu yang disediakan cukup singkat. Jadi kami harus membagi waktu serta mengambil keputusan tepat," kata Samuel Jemmy.
Sebagai peraih juara kedua, Tim Pacivic Pier merasa sangat senang atas prestasi tersebut. Mereka berharap dapat meningkatkan kemampuan dan dapat mengaplikasikan skill geoteknik tersebut dalam dunia kerja.(*)