Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Pengamat hubungan internasional Universitas Brawijaya Erza Killian menilai pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden di sela-sela KTT G20 di Bali dapat meredam ketegangan kedua negara terkait masalah Taiwan.
"Hubungan mereka agak tegang setelah kasus Taiwan. Iya (pertemuan ini meredam ketegangan), ini pertemuan simbolik," kata Erza kepada ANTARA di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa.
Menurut Erza, pertemuan antara Xi Jinping dan Joe Biden tersebut dapat mengurangi pertentangan terkait kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan beberapa waktu lalu, sehingga hal itu merupakan langkah normalisasi hubungan kedua negara pascakunjungan Pelosi.
Dia menjelaskan pertemuan kedua kepala negara di momen KTT G20 Bali tersebut memang memiliki beberapa konteks simbolis, selain juga substansial di antara kedua negara. Namun, lanjut Erza, pertemuan tersebut menjadi salah satu sinyal bahwa relasi politik di antara keduanya tidak setegang yang diperkirakan banyak pihak.
"Pertemuan simbolis kepala negara itu sinyal bahwa relasi politik di antara mereka itu tidak setegang yang diperkirakan, karena dulu sempat agak tegang," imbuhnya.
Selain mengurangi ketegangan antara China dan AS, pertemuan Xi Jinping dan Joe Bideng juga diperkirakan membahas sejumlah hal penting terkait isu perdagangan dan kerja sama ekonomi antara kedua negara itu.
"Normalisasi hubungan pascakunjungan Pelosi ke Taiwan, termasuk juga isu perdagangan, kerja sama ekonomi; itu yang dinaikkan lagi," ujar Erza.
Xi Jinping dan Joe Biden bertemu di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11), sebelum mengikuti rangkaian KTT G20 pada Selasa dan Rabu (16/11). Pertemuan itu berlangsung selama lebih dari tiga jam di Mulia Resort Nusa Dua.
Sebelumnya, pada 2 Agustus 2022, Nancy Pelosi melakukan kunjungan ke Taiwan dan mendapat respons dari pihak China dengan kegiatan militer di sekitar wilayah Taiwan. (*)
Pertemuan Xi-Biden redam ketegangan China dan AS soal Taiwan
Selasa, 15 November 2022 19:47 WIB