Madiun (ANTARA) - Pemerintah pusat meminta pemerintah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia untuk berlomba-lomba melakukan inovasi program menekan kasus kekerdilan anak atau "stunting" yang menjadi masalah kesehatan global.
Keinginan pemerintah pusat tersebut cukup serius, mengingat kasus stunting secara nasional di Indonesia masih cukup tinggi, yakni melebihi standar WHO yang menetapkan sebesar 20 persen.
Berdasarkan data, angka prevalensi stunting pada 2022 ini yakni 24,4 persen. Karenanya, pemerintah terus mengupayakan pencapaian target penurunan stunting hingga 14 persen di tahun 2024.
Melihat hal tersebut, Pemerintah Kota Madiun juga terus berupaya menekan kasus stunting di wilayahnya yang juga belum tuntas 100 persen.
Sesuai data, kasus stunting Kota Madiun saat ini mencapai 514 anak atau 12 persen. Angka tersebut berada di bawah target nasional tahun 2024, yaitu 14 persen.
Meski begitu, Wali Kota Madiun Maidi memberikan perhatian khusus agar kasus tersebut dapat segera diselesaikan.
"Bahkan target di tahun 2024, Kota Madiun bisa bebas stunting dan kita bisa berada di posisi terbawah se-Jatim," kata Wali Kota Madiun Maidi dalam kegiatan Gebyar Makan Bersama Anak Stunting dengan Wali Kota Madiun dan Peluncuran Warung Setop Stunting Kota Madiun di Taman Wisata dan Edukasi Ngrowo Bening Madiun, Selasa.
Saat ini, kasus stunting di Kota Madiun menempati urutan ke-37 se-Jatim. Kalah satu peringkat dari Kota Mojokerto yang terendah se-Jatim.
Untuk menurunkan angka stunting, Pemkot Madiun menggelontorkan anggaran Rp5,4 miliar.
Anggaran itu digunakan untuk memberikan bantuan makanan sehat dan bergizi yang disalurkan melalui "Warung Setop Stunting" (WSS) yang ada di lapak UMKM kelurahan yang mulai beroperasi per 19 Oktober 2022.
Mekanisme pemberian makanan dilakukan dengan menyediakan makanan sehat bagi anak-anak stunting. Ratusan sasaran tersebut nantinya mendapatkan voucher untuk ditukar di WSS setiap minggunya senilai Rp374 ribu per anak.
Voucher tersebut bisa ditukarkan dengan bahan makanan bergizi yang sudah ditentukan. Mulai beras, sayur, minyak, telur, daging, ikan, dan lain sebagainya.
Selain balita stunting, WSS juga melayani 408 ibu hamil hasil pendataan. Tujuannya agar para ibu hamil tersebut terpenuhi gizinya selama hamil dan melahirkan bayi yang sehat serta bebas stunting.
"Untuk ibu hamil mendapatkan voucher senilai Rp386 ribu per minggu. Dengan demikian, ibu hamil tidak perlu bingung belanja apa. Dia tinggal merawat kesehatan dan merawat bayi yang ada di dalam kandungan. Sehingga anak yang dilahirkan nanti sehat dan tidak stunting," tambah Wali Kota Maidi.
Pihaknya juga menugaskan tenaga kesehatan di puskesmas untuk rutin melakukan pengecekan dan evaluasi akan kondisi anak stunting dan ibu hamil. Makanan yang diberikan kepada mereka juga harus dicek rutin.
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Kota Madiun dr Denik Wuryani mengatakan WSS merupakan program inovasi dari Wali Kota Maidi yang tersedia di semua Lapak UMKM kelurahan.
"WSS akan dibuka mulai 19 Oktober. Melalui upaya ini harapannya angka stunting bisa semakin menurun, anak-anak tumbuh sehat, dan menggapai cita-citanya setinggi langit," kata Denik.
Sementara, dalam kegiatan Gebyar Makan Bersama Anak Stunting dengan Wali Kota Madiun dan Peluncuran WSS Kota Madiun, Wali Kota Maidi bersama anggota Forkopimda setempat mengajak anak-anak stunting makan sehat dan bergizi bersama. Kegiatan ini juga sekaligus menandakan pembukaan WSS di 27 kelurahan.
"Kasus stunting di Kota Madiun memang cukup kecil. Tapi kita tidak boleh tinggal diam. Harus berusaha agar bisa semakin turun," tambahnya.
Dalam kegiatan tersebut, Wali Kota Maidi tidak hanya mengajak anak-anak makan bersama. Tapi juga membagikan bingkisan berupa makanan sehat untuk menunjang pertumbuhan serta balon. (*)
Advertorial
"Warung Setop Stunting" untuk Kota Madiun bebas kekerdilan anak di tahun 2024
Rabu, 19 Oktober 2022 0:14 WIB
Bahkan target di tahun 2024, Kota Madiun bisa bebas stunting dan kita bisa berada di posisi terbawah se-Jatim