Sumenep (ANTARA) - Selain makanan serba ikan, masyarakat Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, juga memiliki makanan olahan yang khas, yakni kamboya.
Kamboya Kangean mirip dengan lepat, yang sama-sama terbuat dari beras ketan. Kalau lepat dibungkus dengan daun kelapa, kamboya menggunakan daun pisang. Secara rasa, kamboya memang mirip dengan lepat. Bahannya juga biasa dicampur antara ketan dengan kacang hijau.
Bumbu yang digunakan untuk memasak kamboya hanya santan kelapa dicampur dengan garam. Awalnya, santan bercampur garam dimasak, setelah mendidik kemudian dimasukkan beras ketan.
Baca juga: Kangean dalam perpaduan budaya
Hasil masakan setengah matang ini kemudian dibungkus dengan daun pisang dan direbus hingga enam jam. Pembungkusan dengan daun pisang ini tidak seperti lontong, melainkan berlipat-lipat, sehingga dalam satu tali kamboya berisi empat lapis.
Secara fisik, kamboya mirip dengan lemang, makanan khas di Kalimantan yang juga ada di Sulawesi. Kalau lemang dimasak dengan cara dimasukkan bambu muda kemudian dibakar, kamboya Kangean dimasak dengan cara direbus, bukan juga dikukus.
Karena proses perebusan yang lama, maka kamboya sangat awet, bahkan bisa bertahan hingga satu pekan jika ditaruh di udara terbuka. Tentu lebih awet lagi kalau dimasukkan lemari pendingin.
Baca juga: Wisata ke Kangean yuk!
Menurut sejumlah informasi, awalnya kamboya digunakan sebagai bekal para nelayan di Kangean untuk belayar di tengah laut untuk mencari ikan, termasuk untuk bepergian jauh ke luar daerah dengan menggunakan perahu. Saat ini, kamboya menjadi oleh-oleh khas Kangean, termasuk sebagai bekal bagi masyarakat yang akan melakukan perjalanan ke luar Pulau Kangean.
Keistimewaan dari kamboya dari Kangean ini adalah diolah secara tradisional, yakni menggunakan tungku dan bahan bakar kayu. Cara mengonsumsinya, bisa langsung dimakan atau bisa juga menggunakan lauk ikan.
Rasanya belum ke Kangean kalau pulang tidak membawa oleh-oleh kamboya.(*)