Surabaya (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Timur gencar mengajak pelajar di wilayah setempat berbicara tentang fase kehidupan untuk mencegah terjadinya pernikahan dini.
"Ini merupakan kegiatan BKKBN Jatim sebagai langkah preventif supaya tidak ada pernikahan dini," kata Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Maria Ernawati di Surabaya, Kamis.
Maria mengungkapkan untuk kasus pernikahan dini atau pernikahan anak, Jatim tidak termasuk provinsi pada peringkat 10 besar di Indonesia. Tapi, absolutnya di Jatim lebih banyak kasus tersebut karena penduduknya banyak.
"Maka, saya ingin berdiskusi dan dialog dengan pelajar terkait kebutuhan mereka yang sekiranya kami dari pemerintah bisa fasilitasi untuk menjadikan mereka sebagai satu agent of change," katanya.
Sebab, menurut Maria, jika dilakukan dengan berbicara antar-remaja dan melalui media sosial itu lebih mengena daripada berbicara secara program.
"Jadi harus hati ke hati. Kebutuhan mereka, batas-batas terkait kehidupan berumah tangga seperti apa," ujarnya.
Lebih lanjut, Maria menjelaskan BKKBN mempunyai tugas untuk menyiapkan generasi berencana. Generasi yang berkualitas dan unggul, terutama menghadapi tahun 2045 atau disebut Indonesia emas.
"Yang menjadi problem ada banyak hal. Ada tiga isu besar, pertama dengan adanya kematian ibu dan bayi, stunting dan kemiskinan ekstrem. Faktor itu yang menyebabkan ketidakterencanaan dalam kehidupan berkeluarga," tuturnya.
Dengan edukasi para pelajar atau remaja, diharapkan mereka akan paham atau bisa ke depannya merencanakan kehidupannya sesuai dengan fase hidup.
"Yakni kapan harus sekolah, kapan harus kerja, kapan harus berkeluarga dan punya anak berapa," ujarnya.