Surabaya (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur memprediksi kinerja industri kafe dan restoran di wilayah itu akan tumbuh 10-15 persen pada awal tahun 2022 atau kuartal pertama karena membaiknya kondisi perekonomian pascamelandainya kasus COVID-19.
Ketua Apkrindo Jatim Tjahjono Haryono dikonfirmasi di Surabaya, Senin, mengatakan meski saat ini sudah masuk kasus varian baru COVID-19 Omicron, namun pertumbuhan kinerja ekonomi masih membaik dan tren kasus COVID-19 terus melandai.
"Kami memperkirakan kinerja industri food and beverage (F&B) atau kuliner di kuartal I/2022 ini bisa tumbuh setidaknya 10 - 15 persen. Kami terus berharap, Omocron tidak akan membawa dampak yang signifikan, walaupun di AS terjadi 1 juta kasus per hari. Di Indonesia masih paling banyak terjadi di Jakarta, dan tingkat fatality rate-nya juga kecil sekali. Kalau ini berjalan dengan baik harapannya pada kuartal pertama 2022 dulu saja akan tumbuh 10 sampai 15 persen," katanya.
Tjahjono mengatakan, prediksi itu mengacu pada pertumbuhan pada akhir tahun 2021, tepatnya selama momen libur Natal 2021, industri kuliner mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, yakni naik 10 hingga 15 persen dengan capaian omzet penjualan rata-rata mencapai 90 persen.
"Kami mengapresiasi pemerintah yang akhirnya waktu itu membatalkan PPKM Level 3, karena yang kami tahu bisnis F&B ini sempat babak belur selama PPKM tiga bulan, yakni Juli-September 2021,” katanya.
Ia juga memprediksi pada Februari 2022 akan semakin naik karena ada beberapa momen yang diyakini mendongkrak penjualannya, di antaranya Imlek dan Valentine Day.
“Di momen-momen ini biasanya masyarakat memilih untuk menikmati makan bersama keluarga di kafe/restoran. Ini yang biasanya kami optimalkan untuk mendorong tingkat konsumsi masyarakat," katanya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono mengatakan momen libur akhir tahun tanpa adanya PPKM yang ketat juga mengerek tingkat hunian hotel dengan rerata okupansi mencapai 65 hingga 70 persen, terutama di daerah destinasi wisata seperti Malang, Pasuruan, Batu, dan Banyuwangi.
“Selain tidak ada PPKM, adanya imbauan pemerintah agar masyarakat tidak berlibur ke luar negeri juga telah membawa berkah. Bukan hanya hotel, restoran juga ikut kecipratan rezeki akhir tahun,” katanya.
Dibandingkan momen Natal dan Tahun Baru 2020, lanjutnya, tren orang yang melakukan aktivitas makan malam di restoran pada momen Natal dan Tahun Baru 2022 terdapat peningkatan 50 hingga 60 persen.
"Kami harapkan tren ini terus membaik dan membangkitkan ekonomi kembali di Jawa Timur," katanya.