Surabaya (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Jawa Timur, yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Muhammad Sarmuji menyoroti harga telur yang selama ini tidak pernah stabil.
Legislator dari daerah pemilihan (Dapil) VI Jawa Timur itu telah mengunjungi sejumlah pasar tradisional, serta menggelar pertemuan dengan kelompok peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar dan Tulungagung.
"Ternyata dalam menjalankan usahanya, peternak rakyat ini masih tergantung dengan konsentrat atau bahan pakan dari pabrik, serta mengandalkan pihak lain dalam penyediaan bibitnya," katanya di Surabaya, Selasa.
Kondisi tersebut, menurutnya, tidak ideal karena perusahaan besar yang memproduksi pakan ternak juga terlibat dalam produksi bibit maupun telur.
"Persaingan menjadi tidak seimbang karena pabrik bibita ayam 'Day Old Chick/ DOC' dan pakan juga turut menjadi peternak. Peternak rakyat mengambil DOC dan pakan dari pabrik dengan harga yang sudah tinggi karena jalur distribusi yang panjang. Di sisi lain perusahaan tersebut bisa dengan leluasa memakai DOC maupun pakan sendiri sesuai dengan jumlah produksi yang diinginkan," ujarnya, menjelaskan.
Karena itu, Sarmuji menilai, harga telur sering kali anjlok karena pasokan yang melimpah di saat daya beli masyarakat belum pulih benar.
Politikus Golkar itu ingin agar persoalan telur yang harganya naik turun tidak terjadi lagi di masa mendatang.
Sarmuji merekomendasikan untuk secepatnya dibuat aturan pembatasan bagi perusahaan besar supaya peternak rakyat bisa bertahan dan tumbuh tanpa takut bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar.
"Harus ada aturan yang membatasi agar pabrik DOC dan pakan tidak terlibat langsung menjadi peternak. Kalau itu terus dilakukan peternak kecil bisa mati karena kalah bersaing," ucapnya.
