Banyuwangi (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar pameran kepurbakalaan dengan menampilkan berbagai benda kuno dan bersejarah serta sekaligus sebagai sarana edukasi milenial.
"Jadi, pameran kepurbakalaan ini digelar untuk mengenalkan benda bersejarah di Banyuwangi, dan juga mengedukasi masyarakat dan anak-anak sekolah atau milenial," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Muhammad Yanuarto Bramuda kepada wartawan di Banyuwangi.
Menurut dia, pameran kepurbakalaan yang digelar di pelataran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, itu, akan berlangsung selama tiga hari (4 - 6 Oktober 2021). Selain mengenalkan benda purbakala, katanya, pameran juga dikemas menampilkan lukisan dan foto-foto tentang Banyuwangi Tempoe Doloe.
Dengan demikian, masyarakat dan anak-anak sekolah atau milenial di Banyuwangi tahu sejarah Banyuwangi. Mulai tentang Pantai Boom, Geopark Ijen, gandrung dan lainnya.
"Pameran kepurbakalaan ini juga sebagai media promosi. Jadi, Banyuwangi nantinya tidak hanya dikenal kaya destinasi wisata, tapi juga budaya dan situs yang harus dilestarikan. Dalam kegiatan pameran kepurbakalaan ini ada tujuh kelompok yang
kami undang," kata Bramuda.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan Pemkab Banyuwangi secara bertahap mulai menggelar sejumlah event di daerah untuk menggeliatkan kembali sektor pariwisata.
"Namun, protokol kesehatan tetap kami utamakan. Event bisa jalan, tapi pengunjung dan penyelenggara harus wajib taat prokes. Seperti di pameran purbakala ini, kami lengkapi dengan fitur aplikasi Pedulilindungi untuk memantau pengunjung," ujarnya.
Dari pantauan, pengunjung juga dapat melihat benda-benda purbakala lainnya yang ditempatkan di Museum Blambangan, seperti koleksi lukisan kuno, barang-barang antik, foto-foto Banyuwangi Tempo Doeloe, dan mengunjungi Pusat Informasi Geopark Ijen.
Selain itu, pameran diisi dengan pengenalan tentang Geopark Ijen kepada para pelajar yang hadir. Juga ada kajian Benda Museum yang menghadirkan Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur.
Pada hari ketiga (hari terakhir) akan ada pembacaan dan pengenalan Lontar Yusuf dengan menghadirkan pelakunya langsung dari Desa Kemiren dan Jambesari.
Mocoan Lontar Yusuf merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Suku Osing Banyuwangi berupa pembacaan lontar (naskah) Yusuf. Lontar Yusuf adalah kitab kuno yang tertulis dengan aksara pegon dan berisi tentang Kisah Nabi Yusuf. Bentuknya berupa puisi tradisional yang terikat dalam aturan yang disebut pupuh. Total dalam Lontar Yusuf terdapat 12 pupuh, 593 bait dan 4.366 larik.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan Mocoan Lontar Yusuf sebagai sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2019. (*)
Pameran Kepurbakalaan Banyuwangi sebagai sarana edukasi milenial
Senin, 4 Oktober 2021 20:23 WIB