Banyuwangi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi, Jawa Timur, terus menggencarkan pelatihan bagi warga agar tanggap terhadap risiko bencana alam karena sebagian besar wilayah kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu rawan terjadi bencana.
"Simulasi ini penting agar masyarakat bisa tanggap ketika terjadi bencana. Seperti kita ketahui, sebagian besar wilayah Banyuwangi rawan bencana, dan bukan hanya bencana alam, tapi juga bencana lain seperti kebakaran dan sejenisnya," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Selasa.
Menurutnya, risiko bencana meningkat saat musim hujan dan cuaca ekstrem. Selain itu Banyuwangi memiliki banyak area pegunungan dan berbatasan langsung dengan laut lepas, sehingga menjadikan daerah itu salah satu rawan bencana.
Ipuk menegaskan pelatihan warga secara rutin untuk tanggap bencana merupakan salah satu bentuk antisipasi agar warga tahu apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.
Ia mencontohkan pelatihan tanggap bencana yang digelar dalam simulasi penanganan bencana Tagana Sapa Kampung (Tasmak) di Desa Tamansari, Kecamatan Licin. Dalam simulasi itu, lanjutnya, puluhan warga yang terdiri dari ibu-ibu, anak-anak, perangkat desa, PKK, hingga Linmas, terlibat dalam rangkaian pelatihan kebencanaan.
Puluhan warga mengikuti pelatihan mulai dari penanganan kebakaran, penyelamatan saat terjadi angin puting beliung dan gempa bumi, tanah longsor, serta pembuatan dapur umum dan sejenisnya.
"Desa Tamansari yang berada di lereng Gunung Ijen, kami latih tanggap bencana. Jadi apabila terjadi bencana mereka telah memiliki pengetahuan bagaimana melakukan mitigasi dengan baik," kata Ipuk.
Dengan simulasi, lanjutnya, diharapkan warga bisa bertindak tepat ketika bencana terjadi dan penanganan awal yang tepat meminimalisir dari dampak bencana alam atau kebakaran yang signifikan.
"Ibu-ibu mencoba dan bisa memadamkan api dengan menggunakan kain basah, kalau misal terjadi hal yang tidak diinginkan, diharapkan tidak panik dan bisa mengambil langkah tepat," tutur Ipuk.
Pelatihan antisipasi bencana di Banyuwangi untuk warga digelar rutin oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tim Taruna Siaga Bencana (Tagana), Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB), serta Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat).
Sementara Koordinator Tagana Kabupaten Banyuwangi Dedy Utomo menyampaikan simulasi yang digelar merupakan bagian dari edukasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat.
"Ketika bencana itu ketika terjadi, yang pertama tahu adalah lingkungan terdekat. Sehingga kami ingin memberikan kemandirian dalam penanggulangan bencana," ujarnya.
Menurut Dedy, simulasi semacam itu rutin digelar di daerah-daerah yang rawan bencana dan sepanjang 2025 Tagana bersama instansi terkait telah menggelar pelatihan serupa di lebih dari 12 titik berbeda.
"Minimal kami menggelar sebulan sekali, tapi juga bisa lebih, karena kami juga menggelar setiap ada kegiatan program Bunga Desa," katanya.
