Probolinggo (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo bersama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur menggunakan drone untuk penyemprotan antihama dan penyakit di lahan pertanian Kelompok Tani Sidodadi IV Desa Sidopekso, Kabupaten Probolinggo.
Penyemprotan menggunakan drone di Demonstrasi Usaha Tani-Nelayan berkelompok (Demfarm) pengembangan Varietas Unggul Baru (VUB) padi khusus yang merupakan program kolaborasi yang dilakukan oleh Komisi IV DPR dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.
"Penyemprotan hama dan penyakit dengan memakai drone itu dilakukan saat usia tanaman padi mencapai 1 bulan," kata Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kraksaan Priyo Basuki di Probolinggo, Jumat.
Menurut dia, penyemprotan dilakukan karena banyak ditemukan burung Sriti yang diindikasi ada serangan wereng dan penggerek batang di lahan pertanian tersebut.
"Penyemprotan dengan menggunakan drone sangat efektif karena hama langsung hilang terkena anginnya drone. Selain itu, daya semprotnya juga lebih halus berupa uap," tuturnya.
Ia mengatakan pemakaian drone itu jauh lebih efektif dan sangat irit, namun inovasi itu baru pertama kali diterapkan dan masih dalam tahap uji coba dilakukan di Kabupaten Probolinggo.
"Kami berharap penggunaan drone itu bisa lebih maksimal lagi, terutama di wilayah Kecamatan Kraksaan yang tenaga kerjanya sudah mulai berkurang," katanya.
Priyo menjelaskan Kelompok Tani Sidodadi IV sudah mulai memakai mesin dalam usaha taninya, bahkan untuk panennya sudah memakai mesin combine.
Sementara Kepala DKPP Kabupaten Probolinggo Mahbub Zunaidi mengatakan penyemprotan pengendalian hama dan penyakit menggunakan drone itu merupakan sebuah upaya untuk efisiensi dan efektifitas dalam usaha tani.
"Hal itu kami antisipasi adanya kelangkaan tenaga kerja di sektor usaha tani dan untuk menarik minat buruh tani, terutama dari kalangan anak muda yang sudah tidak mau turun ke sawah bergelut dengan lumpur," tuturnya.
Jika dilakukan secara konvensional, lanjut dia, maka biaya semprot yang dibutuhkan jauh lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan drone, artinya ada efisiensi dari segi biaya dan untuk biaya obatnya tergantung dari pemakaiannya.
"Penyemprotan dengan memakai drone jauh lebih efisien, hemat dan cepat jika dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia. Pestisida yang digunakan juga lebih irit dari pada secara konvensional," katanya.
Ia menjelaskan penggunaan drone itu akan dilakukan lagi secara lebih luas dan untuk mewujudkan hal tersebut perlu dibentuk Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) berupa drone yang dapat dimanfaatkan oleh petani di Kabupaten Probolinggo melalui anggaran APBD Kabupaten Probolingo atau pengajuan usulan ke Kementan.
"Penggunaan drone untuk penyemprotan hama dan penyakit itu bisa memberikan wahana bagi para petani bahwa pengelolaan usaha tani tidak hanya dilakukan secara konvensional saja, tetapi ada inovasi modernisasi yang membuat ketertarikan masyarakat petani, khususnya kaum milenial," ujarnya.