Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Timur mengusulkan perluasan bangunan Rutan Kelas I Surabaya di Medaeng, Sidoarjo, dari semula seluas 1,5 hektare menjadi 2,2 hektare, seiring jumlah hunian yang terus meningkat dan kondisi bangunan yang terbatas.
Kepala Rutan Medaeng Wahyu Hendrajati di Surabaya, Kamis, mengatakan bahwa perluasan itu akan berdampak pada penataan ulang rumah dinas pejabat yang berada di sisi utara rutan, baik rumah dinas karutan maupun rumah dinas kadiv pemasyarakatan.
"Posisi rumah dinas akan digeser ke depan (sisi barat) rutan," katanya.
Di hadapan Kepala Kanwil Kumham Jatim Krismono, ia memaparkan rencana penataan ulang kompleks Rutan Medaeng.
Dalam kegiatan yang digelar di Ruang Rapat Law and Human Rights Centre itu, dihadiri pula Kadiv Pemasyarakatan Hanibal, Kadiv Administrasi Indah Rahayuningsih, dan para pejabat administrasi.
Dalam kegiatan yang digelar di Ruang Rapat Law and Human Rights Centre itu, dihadiri pula Kadiv Pemasyarakatan Hanibal, Kadiv Administrasi Indah Rahayuningsih, dan para pejabat administrasi.
Hendrajati menyebutkan ada beberapa hal mendasar kenapa Rutan Medaeng perlu perluasan lahan dan bangunan, salah satunya kondisi kelebihan penghuni yang terjadi dapat meningkatkan risiko gangguan keamanan.
Sejak 2012, rutan yang berkapasitas 504 orang selalu mengalami overkapasitas di atas 300 persen. Bahkan, pada tahun 2019, Rutan Medaeng pernah diisi hingga 2.855 orang atau kelebihan kapasitas mencapai 566 persen.
"Hingga 13 April 2021, jumlah penghuni di Rutan Medaeng mencapai 1.935 orang," katanya.
"Hingga 13 April 2021, jumlah penghuni di Rutan Medaeng mencapai 1.935 orang," katanya.
Padahal, pihaknya juga ingin memberikan layanan yang prima kepada WBP. Hal ini angka yang sangat tinggi sehingga pelayanan kurang optimal.
"Paling utama menurut kami adalah karena Rutan Medaeng harus menjadi rutan yang ramah HAM dan memanusiakan manusia," tuturnya.
Selain kelebihan kapasitas, lanjut dia, Rutan Medaeng juga terdampak banjir, terutama pada musim hujan. Bila malam hari, sebagian besar bangunan terendam air. WBP pun tidak bisa tidur karena harus menunggu air surut.
Untuk mengurangi tingkat stres penghuni, pihaknya menggiatkan kontrol keliling secara rutin dan menggunakan pendekatan persuasif.
"Kami selalu menekankan kepada jajaran untuk menjaga dan mengedepankan etika kesopanan kepada seluruh WBP," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Kakanwil Kumham Jatim Krismono menyambut baik adanya penataan ulang Rutan Medaeng.
Menurut dia, rencana tersebut harus diperjuangkan bersama karena kondisi sudah cukup mendesak.
Menurut dia, rencana tersebut harus diperjuangkan bersama karena kondisi sudah cukup mendesak.
Agar rencana ini berjalan dengan maksimal, Kakanwil menegaskan bahwa pihaknya akan mendukung kepala rutan untuk terus berkoordinasi secara intensif dengan para pihak terkait, khususnya kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Kakanwil juga memberi masukan agar lokasi Rutan Medaeng nantinya bisa menghadap utara dan tidak lebih rendah daripada jalan raya.
"Minimal sejajar dengan jalan raya," ujarnya.