Sidoarjo (ANTARA) - Untuk anda yang sudah bergabung dengan Radio Suara Surabaya..
Terima kasih..
Saya Iman Dwi Hartanto..
Pengasuh program Memorabilia Suara Surabaya pukul 7 sampai 10 malam..
Memorabilia Suara Surabaya..
Saya Iman Dwi Hartanto..
Cuplikan suara akan sering terdengar jika anda adalah penikmat lagu-lagu lawas yang sering diputar di segmen Memorabilia Radio Suara Surabaya. Adalah Iman Dwi Hartanto, sosok dibalik suara renyah yang menemani anda menikmati lagu-lagu pilihan tersebut.
Sebagai seorang penyiar yang telah lama mengudara di Radio Suara Surabaya, dirinya sering menerima dan mendapatkan masukan terkait layanan publik.
Banyak Kawan Suara Surabaya yang sering berbagi dengannya terkait pelaksanaan Program JKN-KIS mulai dari pertanyaan tentang apa itu BPJS Kesehatan, benefit-benefit apa yang akan didapatkan, bagaimana cara menjadi peserta hingga saat ini berkembang ke pertanyaan atau masukan terkait pelayanan.
"Kita tahu diawal-awal kebijakan program ini sangat dinamis. Ada ragam-ragam penyakit yang tercover. Kebijakan ini terus berkembang sampai terakhir tentang COVID-19. Terakhir saya dapat info pro kontra tentang test swab atau rapid ini apakah dicover? Sampai sekarang pun masih masuk ke radio kami dan kami punya rekapannya," terang Iman.
Secara pribadi Iman juga pernah merasakan manfaat menjadi peserta JKN-KIS. Iman pernah diminta untuk mendampingi mertua yang harus menjalani operasi di salah satu rumah sakit di Surabaya.
Seluruh proses dijalani sendiri mulai dari proses administrasi hingga proses kepulangan dan selama itu Iman tidak mengalami kendala, tidak ada tambahan biaya sepeserpun dan mertuanya mendapatkan pelayanan yang baik dan nyaman hingga perawatannya tuntas.
"Ndilalah saya mendapatkan kemudahan, nggak ribet-ribet amat, baik kelas maupun administrasi semua smooth lancar," tambahnya.
Secara umum Imam menilai sosialisasi tentang keberadaan BPJS Kesehatan dan fitur-fitur layanan masih membutuhkan kerja keras yang luar biasa. Hal ini mengingat masyarakat yang memanfaatkan Program JKN-KIS tidak hanya dari kalangan menengah ke bawah, tapi juga kalangan menengah ke atas.
"Saya yakin ini merupakan sebuah pekerjaan yang berkesinambungan, tidak bisa dikatakan berhenti di situ saja setelah mencapai tatanan tertentu," katanya. (*)