Jakarta (ANTARA) - Galeri Indonesia Kaya (GIK) menghadirkan Workshop Online Ruang Kreatif bersama Garin Nugroho yang bertujuan untuk menumbuhkan bakat seniman-seniman muda di bidang seni pertunjukan Indonesia.
"Workshop Online Ruang Kreatif ini membuka kesempatan dan memudahkan para seniman muda di berbagai daerah di Indonesia untuk ikut berpartisipasi," kata Garin Nugroho dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta pada Senin.
Meski diselenggarakan secara virtual, para seniman bisa berbagi ilmu dan pengalaman tentang cara mengolah ide kreatif dan penyutradaraan dalam sebuah pertunjukan.
"Program ini bermanfaat dalam mengisi masa pandemi dengan kegiatan edukatif bagi seniman muda agar tetap menjaga kreativitas dan semangat berkarya agar semakin banyak karya seni yang diciptakan oleh seniman-seniman muda di Indonesia,kata Garin Nugroho.
Sementara itu, Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengatakan selain ingin menghadirkan beragam hiburan menarik bagi para penikmat seni yang sedang di rumah, GIK juga ingin mengajak para penikmat seni untuk mengolah kreativitas melalui workshop-workshop online.
"Kami harap, program Workshop Online Ruang Kreatif ini dapat menjadi meningkatkan kreatifitas dan kemampuan kreator muda seni pertunjukan sehingga regenerasi pelaku seni Indonesia dapat berjalan dengan baik," kata Renita.
Pendaftaran workshop berlangsung pada 10-18 Mei 2020 diikuti 205 pendaftar dari berbagai daerah di Indonesia.
Workshop Online Ruang Kreatif ini berawal dari kompetisi di akun Instagram @indonesia_kaya yang mengajak para penikmat seni untuk mengirimkan proposal dalam bentuk tulisan ide kreatif maksimal 2 halaman.
Dari proposal yang masuk, terpilih 100 peserta dengan ide kreatif terbaik. Para peserta terpilih dapat memilih salah satu tema yang telah disiapkan dengan kapasitas masing-masing 50 peserta. Tema pertama adalah Mengolah Ide Kreatif yang telah diselenggarakan pada Sabtu, 30 Mei 2020 dan tema kedua membahas Dramaturgi Dalam Penyutradaraan yang diselenggarakan pada Sabtu, 6 Juni 2020.
Sebanyak 100 orang peserta terpilih ini merupakan pelaku seni pertunjukan yang berusia 18-35 tahun dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dari Sumatera, para peserta berasal dari Aceh, Binjai, Padang, Palembang, dan Batusangkar. Peserta yang berdomisili di Pulau Jawa dan Bali berasal dari Jabodetabek, Malang, Semarang, Magelang, Sukabumi, Mojokerto, Banyuwangi, Ponorogo, dan Denpasar. Peserta dari Kalimantan berasal dari Samarinda dan Balikpapan. Sedangkan untuk wilayah Sulawesi dan Indonesia Timur diwakilkan oleh peserta dari Kolaka, Polewali, Sumba, Lombok, Makassar, dan Jayapura.
Para peserta lantas diwajibkan mengikuti workshop sampai dengan selesai dan juga diminta menuliskan kembali ide kreatif mereka dengan mengelaborasi materi workshop yang disampaikan Garin Nugroho.
Dalam Mengolah Ide Kreatif, Garin Nugroho membagikan berbagai pengalamannya sebagai sutradara dalam mencari ide, tema dan menentukan story-telling yang tepat sesuai tema.
"Seorang sutradara juga harus menemukan benang merah antara tema dengan situasi sosial masyarakat agar dapat menemukan pasar yang tepat sesuai dengan tema yang diangkat," kata Garin Nugroho.
Selain itu, para peserta juga diberi arahan mengenai tantangan dalam memilih tim kreatif yang dapat mendukung proses produksi sebuah karya seni pertunjukan.
Garin juga berbagi tips menghadapi tantangan kerjasama internasional bagi karya-karya seni pertunjukan.
Dalam Workshop Dramaturgi dalam Penyutradaraan, kegiatan dimulai dengan pembahasan apa itu dramaturgi dan perannya dalam sebuah karya, khususnya karya seni pertunjukan. Selain berbagi ilmu dengan para peserta, Garin Nugroho juga menekankan pentingnya setiap orang dalam proses kreatif tersebut untuk menjadi dramaturg. Ia juga memaparkan era baru dramaturgi.
"Setiap karya yang saya hasilkan membuka kesempatan munculnya dialog dan kedewasaan dalam mengapresiasi karya seni. Meski kemungkinan muncul konsekuensi di masyarakat, kita harus memiliki keberanian untuk terus mengelola itu dan menumbuhkan ruang bebas ekspresi," Garin Nugroho.