Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, meminta agar pihak kecamatan juga membuat tempat observasi untuk pemudik warga setempat sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona.
"Kecamatan akan ada tempat observasi. Bisa di aula atau dicarikan tempat. Nanti disekat menjadi dua putra dan putri. Kami memilih di kecamatan agar tenaganya terakomodasi semua," kata Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar di Kediri, Senin.
Pemerintah Kota Kediri sebenarnya sudah punya tempat observasi di Kampus I Politeknik Kediri. Namun, pemkot juga membuat kebijakan untuk kecamatan juga bisa menyediakan tempat observasi.
Wali Kota mengatakan kedatangan orang mudik ke Kota Kediri bisa saja pekerja migran dari luar negeri atau orang yang datang dari daerah-daerah yang menjadi epicentrum.
Ia menambahkan, warga yang datang ke Kota Kediri bukan hanya turun melalui terminal atau stasiun. Namun mereka juga bisa memanfaatkan angkutan travel, menyewa mobil ataupun menggunakan kendaraan pribadi.
Untuk itu, kelurahan harus bekerja sama dengan RT dan RW untuk mendata setiap orang yang datang.
Namun, ia membantah kebijakan ini diskriminasi, melainkan sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.
"Bukan mendiskriminasi tapi lebih ke pendataan nanti biar bisa di-tracing. Nanti yang masuk dari daerah epicentrum bisa dioberservasi," kata dia.
Mas Abu, sapaan akrabnya, juga berharap kebijakan tersebut bisa menjadi gerakan bersama antara warga dan pemerintah. Nantinya masyarakat akan semakin sadar dengan kondisi ini.
"Sebisa mungkin nanti harus diawasi. Kalau mau isolasi mandiri tidak apa-apa. Tapi kalau orangnya bandel bisa dikirim ke Poltek Kediri. Jika nanti ada yang dari luar membawa virus kita bisa meminimalisasi risiko agar warga tidak tertular. Sekarang banyak sekali orang tanpa gejala tapi mengidap corona. Saya khawatir yang terkena nanti bayi atau orang tua di atas 50 tahun," kata Mas Abu. (*)