Gresik (ANTARA) - Rumah tahanan (Rutan) kelas II B Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, memasang teknologi finger print untuk mengantisipasi tahanan keluar melalui tamu yang masuk, sebagai upaya program resolusi Direktur Jenderal Permasyarakatan (Dirjen PAS) Kementerian Hukum dan Ham.
Kepala pengamanan rutan (KPR) Rutan kelas II B Cerme, Zulfikar di Gresik, Jumat mengatakan pemasangan finger print dinilai paling tepat untuk mencegah tahanan keluar. Sebab, selama ini para pengunjung yang akan melakukan besuk masih diberi stempel.
"Alurnya nanti para pengunjung melakukan pendaftaran di loket depan, kemudian kembali harus finger print lagi. Kalau datanya tidak keluar, maka dia tidak masuk sesuai prosedur. Karena foto dan data terlampir," tutur Zulfikar.
Dia mengatakan, pengamanan ini tidak hanya bertujuan mendeteksi pengunjung, tapi mengantisipasi terjadinya tahanan yang kabur. Serta penyelundupan barang terlarang.
"Tujuan hindari tahanan kabur, kalau kunjungan ramai stempel. Stempel kena keringat bisa hilang kunjungan banyak bisa lalai," kata dia.
Hingga saat ini, di Rutan kelas II B Cermen tidak ada tahanan kabur, dan dalam sehari bisa menerima pengunjung 80 sampai 100 orang, Bahkan di hari Sabtu dan Senin mencapai 200.
"Paling banyak kalau Sabtu tanggal merah kita libur, nanti hari Seninnya sampai 250 pengunjung," ujarnya.
Zulfikar berharap, dengam adanya digitalisasi tersebut aparat penegak hukum terbantukan dalam melakukan pelayanan kunjungan bagi keluarga warga binaan. Karena akan lebih aman dan tertib.
Rutan Gresik pasang "finger print" antisipasi tahanan keluar
Sabtu, 29 Februari 2020 0:34 WIB