Ngawi (ANTARA) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengujicobakan bahan unplasticized poly vynil chloride (UPVC) untuk rumah cepat tahan gempa di Ngawi, Jawa Tengah.
“Ini polimer, bahan baku penting untuk UPVC. Untuk rumah tahan gempa harapannya bisa mengurangi korban gempa. Berbeda dengan bangunan beton yang jika roboh bisa menelan korban jiwa,” kata Nasir saat uji coba pembangunan rumah cepat tahan gempa KENDS UPVC di Ngawi, Jawa Tengah, Jumat.
Bahan ini, menurut dia, memiliki keunggulan tahan rayap dan memiliki durasi hidup hingga 10 tahun. Selain lebih rendah biaya perawatannya juga tahan api hingga dapat beradaptasi untuk udara dingin maupun panas.
“Kelebihannya lagi bisa dikembangkan untuk rumah knockdown. Di luar negeri sudah bisa bangun dua lantai,” ujar Nasir.
Ketua Tim Riset Rumah Tahan Gempa Universitas Diponegoro Agung Dwiyanto yang ikut menguji bahan UPVC untuk material rumah atau bangunan tahan gempa mengatakan jenis bahan ini unggul karena lebih ringan, bisa knockdown dan cocok untuk wilayah rawan gempa.
Hebatnya dengan bahan ini dalam waktu sehari memungkinkan selesai pembangunan untuk tiga rumah, ujar dia. Sehingga layak menjadi alternatif rumah tahan gempa dengan kualitas bagus, murah dan cepat pembangunannya.
“Rumah ini teknologi kekinian tetapi tetap menggunakan filosofi rumah Jawa yang ‘bisa bernafas’. Dengan penempatan yang tepat penghematan energi akan lebih maksimal, termasuk untuk udara,” ujar dia.
Namun satu hal yang, menurut Agus, menjadi musuh rumah berbahan UPVC ini yakni angin kencang. Ini yang diantisipasi sehingga kemampuan rumah cepat tahan gempa ini bisa lebih baik.
Direktur PT Terryham Proplas Indonesia Syamsunar mengatakan uji coba rumah cepat dan tahan gempa di Ngawi menjadi yang kelima dilakukan. Simulasi pertama, kedua dan keempat dilakukan di pabrik, sedangkan uji coba ketiga dilakukan di Kaliwungu, Jawa Tengah.
Penelitian penggunaan UPVC untuk bagian bahan baku rumah tahan gempa tersebut ia mengatakan dilakukan bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Universitas Diponegoro.
Pada uji coba sebelumnya di Kaliwungu, menurut dia, pembangunan rumah cepat tahan gempa berukuran 6x6 meter persegi tersebut diselesaikan dalam waktu 10 jam. Pada uji coba kali ini diupayakan dapat dikerjakan hanya dalam waktu lima jam saja.
Rumah cepat tahan gempa berbahan UPVC yang dikembangkan untuk melayani program tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, menurut Syamsuar, ada dikisaran Rp60 juta, Rp80 juta dan Rp100 juta.
“Ide membuat UPVC ini menjadi rumah tahan gempa datangnya dari Menteri,” kata dia menjelaskan awal pengembangan rumah cepat tahan gempa dari bahan UPVC.
Perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi UPVC tersebut sementara ini mampu memproduksi 160-200 ton per bulan, namun kapasitas terpasang mencapai 800 ton per bulan. Sementara untuk memproduksi satu rumah cepat tahan gempa setidaknya dibutuhkan satu ton UPVC.