Madiun (ANTARA) - Warga Kelurahan Nambangan Lor, Kota Madiun, Jawa Timur, Jumat sore, menggelar upacara adat bersih desa berupa larung sesaji yang dilakukan setahun sekali setiap Muharram (Sura) dalam penanggalan tahun Islam.
"Upacara ini dilakukan setiap bulan Suro, sebagai wujud rasa syukur atas berkah rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada warga kelurahan setempat dan seluruh Kota Madiun tentunya," ujar Wali Kota Madiun Maidi di sela kegiatan tersebut kepada wartawan di Madiun, Jumat.
Inti dari upacara tersebut melarung tumpeng “raksasa” sebagai simbol rasa syukur warga ke Sungai Bengawan Madiun. Tumpeng tersebut dibuat dari hasil bumi di wilayah kelurahan setempat.
Harapannya, ke depan warga Nambangan Lor, Kecamatan Manguharjo, dan Kota Madiun senantiasa dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa dan mendapatkan rejeki yang berlimpah.
Upacara larung sesaji tersebut merupakan puncak dari tradisi bersih desa oleh warga setempat.
"Larung ini juga sebagai budaya untuk dilestarikan kepada generasi di masa mendatang," kata dia.
Prosesi larung sesaji diawali dengan kirab tumpeng besar dari kantor Kelurahan Nambangan Lor menuju tepian Sungai Bengawan Madiun.
Iring-iringan kirab diawali dengan barisan putra dan putri daerah setempat, kemudian tumpeng, lalu iringan hiburan dan atraksi, seperti reog dan tarian lainnya.
Sebelum prosesi larung sesaji, warga setempat terlebih dahulu melakukan ziarah ke makam sesepuh desa. Tujuannya agar selalu mengingat akan sejarah daerah setempat.
Wali Kota Maidi menambahkan kegiatan tersebut telah menjadi agenda tahunan dengan harapan pada tahun mendatang lebih baik supaya menarik minat warga luar daerah itu untuk datang ke Kota Madiun.
Warga Madiun mengaku tertarik dengan agenda budaya tersebut. Mereka datang dari berbagai daerah setempat guna melihat prosesi larung sesaji.
Dengan kemasan yang baik dan lebih menarik, maka ajang larung sesaji warga Nambangan Lor tersebut bisa menjadi ikon wisata budaya daerah.
