Surabaya (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Surabaya kembali menggelar pemilihan Pelajar Pelopor 2019 jenjang SD/MI dan SMP/MTs di Aula SMPN 13 Surabaya, Rabu, untuk menyiapkan calon-calon pemimpin bangsa di masa mendatang.
Kepala Dispendik Surabaya M Ikhsan mengatakan ada lima isu utama pada pelaksanaan Pelajar Pelopor yang sudah menginjak tahun keenam.
Lima isu utama itu adalah wawasan kebangsaan/kebhinekaan dalam keberagaman budaya, pemanfaatan teknologi informasi, pendidikan kewirausahaan/entrepreneurship, kepeduluan sosial/toleransi, dan kepedulian terhadap lingkungan (alam budaya).
"Kami sengaja mengadakan pemilihan Pelajar Pelopor karena mengetahui banyaknya potensi yang dimiliki oleh pelajar-pelajar Surabaya. Melalui potensi yang dimiliki, sukses bisa diraih melalui jalur apapun," katanya.
Ikhsan mencontohkan pemenang pelajar pelopor yakni Wilson Tirta Tamin dan Aryo Seno Bagaskoro. Pada saat mengikuti ajang ini, Wilson mengangkat kewirausahaan dengan menjual udang garang. Kemudian berlanjut ke nasional dengan meraih juara Tunas Muda Pemimpin Indonesia (TMPI).
"Sekarang di usianya yang baru 17 tahun, Wilson sudah memiliki banyak usaha dan menjadi produser film. Jadi, untuk menjadi sukses itu tidak perlu menunggu tua," ujarnya.
Sedangkan Seno, kata Ikhsan, pada saat menjadi juara Pelajar Pelopor Surabaya tahun 2014 masih bersekolah di SMPN 6 Surabaya.
"Sekarang dia menjadi pelopor Aliansi Pelajar Surabaya dan akhir tahun ini akan melanjutkan studi ke Jerman. Kalian semua juga bisa melahirkan kepeloporan yang baik-baik untuk Indonesia emas di tahun 2045 mendatang," katanya.
Wilson Tirta Tamin saat memberikan pembekalan mengingatkan kepada peserta Pelajar Pelopor Surabaya untuk berani bermimpi dan berani mewujudkan cita-cita.
"Gunakan waktu mudamu untuk mencari banyak pengalaman. Seperti lomba ini, kalian bisa mengasah kemampuan, berkenalan dengan siswa lain, dengan pihak dinas, dan lain sebagainya," kata Wilson yang juga produser film layar lebar berjudul Ular Tangga ini.
Hal yang sama dikatakan oleh Aryo Seno Bagaskoro. Menurutnya, untuk mewujudkan cita-cita jalannya tidak mudah. Cemooh bisa datang kapan saja. Namun harus dijadikan motivasi diri sendiri untuk terus maju dan berjuang.
"Kalau saya tidak takut dan berani maju meski dapat cemooh," ujar remaja yang akan meneruskan studi di Heidelberg, Jerman ini.(