Surabaya (ANTARA) - Direktur Utama Pelindo III Doso Agung mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan standardisasi layanan di sejumlah terminal penumpang guna mendongkrak jumlah penumpang angkutan kapal laut.
"Salah satunya di terminal penumpang Pelabuhan Kumai, yang juga bertujuan memberikan layanan yang terstandar. Sehingga transportasi laut menjadi tidak hanya lebih aman, tetapi juga nyaman," kata Doso dalam keterangan persnya di Surabaya, Rabu.
Ia mengatakan, saat ini Pelindo III sedang merampungkan pembangunan dan renovasi gedung terminal penumpang kapal laut di 11 pelabuhan di Indonesia, seperti di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni Maumere, Ende, Ippi, Kupang, Waingapu, dan Kalabahi.
Kemudian bergeser ke barat, yang juga dikerjakan yakni di Pelabuhan Bima, Nusa Tenggara Barat dan Pelabuhan Benoa, Bali ditambah di Kalimantan, yakni di Batulicin, Sampit dan Kumai.
Sebelumnya, salah satu terminal penumpang kapal laut di Panglima Utar Kumai, Kalimantan Tengah juga telah diresmikan, yang merupakan pengembangan dari gedung terminal penumpang yang lama. Gedung yang baru diresmikan itu memiliki sejumlah fasilitas yang lengkap dan setara dengan bandar udara.
Direktur SDM Pelindo III Toto Heli Yanto mengatakan pembangunan gedung ini karena kunjungan kapal penumpang di Pelabuhan Kumai terus meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data Pelindo III, tercatat total penumpang hingga akhir Juni pertengahan tahun ini mencapai117.107 orang, atau melonjak 72 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 lalu yang sejumlah 67.933 orang.
"Hal ini membuktikan bahwa investasi yang dilakukan Pelindo III sudah tepat, karena kebutuhannya sudah tinggi," katanya.
Sebelumnya, gedung terminal penumpang yang lama di Pelabuhan Kumai hanya berkapasitas 600 penumpang dengan luas bangunan 915 meter persegi.
Kemudian direnovasi dengan membangun gedung baru yang berkapasitas 1.500 penumpang dengan bagunan seluas 3.200 meter persegi, dengan nilai investasi yang ditanamkan sebesar Rp29 miliar.
Gedung terminal penumpang Panglima Utar yang baru dibangun dengan mengusung konsep modern, namun desain arsitekturalnya tetap mengedepankan karakteristik budaya lokal, yaitu nuansa adat Dayak agar juga dapat menjadi bangunan ikonik sebagai gerbang laut pariwisata daerah.
"Fasilitas yang ditawarkan juga lengkap seperti ruang tunggu yang ber-AC, ramah difabel, ruang khusus merokok, ruang kesehatan, ruang laktasi, dan lain sebagainya," kata Toto.