Surabaya (ANTARA) - Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) mengungkapkan rekapitulasi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) akan menjadi acuan posisi nilai peserta di tingkat nasional.
Wakil Ketua 1 LTMPT, Prof Joni Hermana saat dikonfirmasi di Surabaya, Rabu mengatakan dari hasil rekapitulasi yang ada peserta bisa melihat posisinya dibandingkan peserta lain secara kumulatif dan akan diintegrasikan nilainya secara total.
"Bisa digunakan untuk memilih prodi dan PTN yang akan dilamar saat SBMPTN dibuka nanti. Tetapi yang masalah adalah karena ini yang pertama kali diadakan, jadi tidak tahu persis berapa nilai yang akan diperlukan untuk masing-masing prodi atau PTN," kata Prof Joni.
Namun, menurutnya dengan rekapitulasi tersebut visa dilihat jika nilai peserta tergolong tinggi atau maksimum maka tidak perlu ragu mendaftar ke PTN yang terbaik.
Mengenai "range" nilai yang bisa diterima di tiap prodi di PTN, mantan Rektor Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya ini mengungkapkan belum bisa diperkirakan karena tergantung pada beberapa aspek di tiap prodi.
"Jadi tergantung berapa kuota yang disediakan masing-masing prodi. Berapa banyak siswa yang mendaftar di prodi tersebut dan berapa saja nilai-nilai UTBK siswa yang daftar akan sangat mempengaruhi," ujarnya.
Rekapitulasi yang bisa dijadikan acuan pendaftaran SBMPTN, kata Prof Joni harus menunggu hasil rekapitulasi UTBK gelombang kedua.
"Semua (range pendaftar) akan diketahui setelah program pendaftaran SBMPTN dibuka," tuturnya.
Sementara itu, Wakil Rektor IV Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Junaedi Khotib mengungkapkan saat ini masih sulit untuk menyampaikan perkiraan "range" nilai minimal pada tahun yang pertama menggunakan model UTBK.
"Hasil gelombang dua juga sangat menentukan pada perhitungan nilai minimal tersebut mengingat adanya dua kali kesempatan ujian untuk setiap peserta. Untuk itu saat ini tim masih melakukan simulasi dan prediksi. Semoga segera kelar," ujarnya.
Unair juga masih merumuskan persyaratan tambahan yang diterapkan Unair untuk menyaring paham radikal pada calon mahasiswa baru, yaitu dengan mensyaratkan pembuatan esai bela negara.
"Esai itu sifatnya internal untuk seleksi di Unair jadi logikanya memang setelah pendaftar diterima baru diminta membuat esai," ujarnya.(*)