Magetan (ANTARA) - Masyarakat Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Minggu, menggelar tradisi upacara adat larung sesaji yang dilakukan setahun sekali setiap bulan Jawa Ruwah, menjelang bulan suci Ramadhan.
"Tradisi ini dilakukan setiap tahun sebagai wujud syukur atas berkah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Telaga Sarangan sebagai sumber penghidupan kepada masyarakat Sarangan," ujar Bupati Magetan Suprawoto di sela kegiatan larung kepada wartawan.
Bupati menjelaskan selain telah menjadi agenda wisata tahunan tingkat kabupaten, Larung Sesaji Telaga Sarangan juga menjadi agenda wisata budaya tingkat regional dan bahkan nasional.
"Kami berharap nanti setapak demi setapak larung sesaji bisa menjadi agenda regional dan bahkan nasional," kata Bupati Suprawoto.
Sesuai tradisi, inti dari upacara tersebut adalah melarung Tumpeng Gono Bahu setinggi 2,5 meter ke dalam ke Telaga Sarangan. Hal itu sebagai simbol syukur masyarakat Sarangan atas kehidupan dan rahmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
Selain itu, tradisi larung sesaji ini juga merupakan acara puncak dari upacara adat bersih desa masyarakat di sekitar Telaga Sarangan menjelang bulan suci Ramadhan.
Dengan bersih desa, warga Kelurahan Sarangan dipersiapkan untuk menyambut dan menjalani ibadah di bulan suci Ramadhan. Tradisi ini juga dilakukan agar warga Sarangan terhindar dari mara bahaya dan bencana.
Adapun prosesi larung sesaji diawali dengan kirab Tumpeng Gono Bahu dari Kelurahan Sarangan menuju panggung di pinggir Telaga Sarangan.
Usai pembacaan doa, tumpeng sesaji kemudian dilabuh mengelilingi Telaga Sarangan dengan menggunakan perahu motor. Setelah sampai di tengah telaga, tumpeng ditenggelamkan. Kegiatan larung sesaji ini dipimpin langsung oleh Bupati Magetan Suprawoto.
Sementara, tradisi budaya larung sesaji tersebut menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Telaga Sarangan. Para wisatawan dari wilayah Magetan, Madiun,Ponorogo, Ngawi, dan sekitarnya sangat antusias melihat kegiatan tersebut.