Surabaya (Antaranews Jatim) - Badan Pemenangan Nasional untuk Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyesalkan sejumlah aksi penolakan terhadap calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 di berbagai daerah di Indonesia.
"Kami sangat menyesalkan dan prihatin dengan aksi itu, sebab Prabowo-Sandiaga diganggu dengan cara-cara yang kurang lebih intimidatif," ujar Wakil Ketua BPN Piyo Budi Santoso ketika ditemui di sela pelantikan relawan "Gerram" Jatim di Surabaya, Senin.
Semisal, pada pekan lalu, Prabowo Subianto sempat mendapat "sambutan" dari massa yang mengatasnamakan pendukung Jokowi di kawasan Bulak-Kenjeran, kemudian Sandiaga Uno pada akhir pekan kemarin harus membatalkan kunjungannya di salah satu desa di Tabanan, Bali, dengan alasan sama.
Menurut PBS, sapaan akrabnya, cara-cara yang dilakukan dengan memobilisasi massa untuk mencegah calon presiden dan calon wakil presiden berkunjung seharusnya tidak bdibiarkan.
"Cara intimidatif tidak akan laku dan publik akan melihat bahwa ini perlakuan tidak adil," ucap sekretaris jenderal DPP Partai Berkarya tersebut.
Mantan politikus Golkar itu menyampaikan, seharusnya semua daerah di negeri ini tidak bada yang mengklaim menjadi salah satu basis tertentu, bahkan pihaknya telah diingatkan Prabowo dan Sandiaga agar tak melakukan cara serupa.
"Kami dilarang Prabowo melakukan penghadangan jika ada Pak Jokowi atau Kiai Ma`ruf berkunjung ke daerah," kata wakil ketua DPR RI periode 2009-2014 tersebut.
Pihaknya berharap cara-cara penghadangan atau mobilisasi massa untuk mengintimidasi calon presiden yang didukungnya dihentikan sehingga tidak mencederai politik dan pesta demokrasi di Tanah Air.
Pemilihan Presiden diselenggarakan pada 17 April 2019 dan diikuti dua pasangan calon, yaitu Jokowi-KH Ma`ruf Amin di nomor urut 01, kemudian Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di nomor urut 02. (*)
Jelang Pilpres, BPN Sesalkan Aksi Penolakan Prabowo-Sandi
Senin, 25 Februari 2019 20:03 WIB
Kami sangat menyesalkan dan prihatin dengan aksi itu, sebab Prabowo-Sandiaga diganggu dengan cara-cara yang kurang lebih intimidatif