Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, belum memberlakukan siaga darurat bencana dalam menghadapi ancaman banjir bandang, banjir luapan Bengawan Solo dan bencana lainnya selama musim hujan.
"Surat penetapan siaga darurat bencana masih diproses di bagian hukum pemerintah kabupaten, " kata Pelaksana Tugas Kepala BPBD Bojonegoro Nadif Ulfia di Bojonegoro, Senin.
Mengenai siaga darurat bencana, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Budi Mulyono mengatakan bahwa penetapan itu harus berdasarkan surat Keputusan (SK) Bupati Bojonegoro sebagai dasar dalam menangani bencana terkait kebijakan yang harus diambil.
"Adanya SK siaga darurat bencana akan memudahkan BPBD mengambil berbagai langkah yang diperlukan dalam menghadapi bencana, terkait penyediaan logistik dan juga yang lainnya," katanya.
Sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karang Ploso, Malang, Jatim, bahwa curah hujan di daerahnya memasuki Desember cukup tinggi yang berpotensi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor.
Memasuki musim hujan, lanjutnya, di wilayah Bojonegoro sudah terjadi dua kali banjir bandang dan tanah longsor.
Banjir bandang di Desa Clebung, Kecamatan Bubulan, mengakibatkan sebuah jembatan di Dusun Maor, Desa Clebung, pondasinya ambruk, sehingga mengakibatkan sebanyak 74 kepala keluarga (KK) di dusun setempat terisolasi karena jembatan itu merupakan akses terdekat warga.
Selain itu, banjir bandang juga melanda belasan rumah warga di Desa Sekar, Kecamatan Kota Sekar, dengan ketinggian air masuk permukiman warga sekitar 0,50 meter.
"Warga yang terkena dampak korban banjir bandang sudah memperoleh bantuan sembako. Untuk jembatan di Dusun Maor ditangani secara darurat," jelas Ulfia.
Dari data yang diperoleh menyebutkan sejumlah titik tanggul Bengawan Solo di Kecamatan Kanor kondisinya kritis dan terancam longsor, seperti tanggul kanan di Desa Semambung dan Kanor.
"Tanggul Bengawan Solo di Semambung yang kritis terancam longsor sekitar 20 meter. Jarak tebang Bengawan Solo dengan tanggul hanya sekitar 5 meter, " kata seorang perangkat Desa Semambung Gufron Muhibin. (*)