Jakarta, (Antara) - Sebanyak 30 orang personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) Indonesia dari Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur dikerahkan untuk mengevakuasi warga dan mendirikan dapur umum di Kampung Gurusina, Desa Watumanu, Kecamatan Jerebu'u, Kabupaten Ngada yang rumahnya terbakar pada Senin (13/8) pukul 17.40 WIB.
"Tagana dari Kabupaten Ngada telah meluncur ke lokasi pada Senin untuk melakukan evakuasi dan mendirikan Dapur Umum Lapangan. Melalui Dinas Sosial NTT juga disiapkan tenda pengungsian, bantuan permakanan, perlengkapan untuk anak dan dewasa, selimut, dan bantuan logistik lainnya," tutur Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat di Jakarta, Selasa.
Dirjen mengungkapkan sesuai arahan Menteri Sosial Idrus Marham, dalam kondisi bencana baik bencana alam maupun bencana sosial maka yang perlindungan sosial terhadap korban bencana adalah yang utama.
Pada tahap tanggap darurat bencana kebakaran di Kampung Durusina ini, pemenuhan kebutuhan dasar menjadi prioritas yakni sandang, pangan, dan papan.
"Untuk kebutuhan pangan telah dikeluarkan cadangan beras pemerintah sebanyak 10 ton dan sekarang sedang tahap pengiriman ke lokasi terdampak bencana. Intinya rakyat tidak boleh merasakan kelaparan di saat bencana, negara harus hadir untuk memberikan perlindungan," ujarnya.
Bantuan tersebut, lanjutnya, dibawa oleh Tagana Provinsi NTT sebanyak 10 orang. Mereka akan bergabung dengan tim Tagana Kabupaten Ngada yang telah lebih dulu tiba di lokasi.
"Mereka juga membawa bantuan makanan untuk anak-anak, lansia, dan ibu hamil. Semoga bantuan ini untuk tahap awal dapat meringankan beban warga setempat," kata Harry.
Ia menambahkan berdasarkan data yang dihimpun Dinas Sosial Provinsi NTT, secara keseluruhan rumah adat yang berada di Kampung Gurusina berjumlah 33 unit, satu pos pariwisata, dan beberapa situs-situs adat didalamnya, yaitu tiga buah kayu Ngadu (Tiang Adat yang melambangkan wujud laki-laki) dan tiga Rumah Bhaga (Rumah Adat minimalis selaku simbol perempuan yang berfungsi sebagai tempat untuk memberikan sesajian kepada nenek moyang pada saat upacara adat).
Sebanyak 27 rumah adat hangus terbakar, tiga buah Ngadu dan tiga buah Bhaga juga ikut terbakar. Upaya pemadaman dilakukan secara bersama oleh pihak Kepolisian Ngada, dan BNPB Daerah Kabupaten Ngada, serta dibantu juga oleh warga sekitar. Penyebab kebakaran sedang dalam tahap penyelidikan pihak berwajib.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun kerugian materiil diperkirakan mencapai miliaran rupiah sebab biaya pembuatan satu unit rumah adat serta prosesi adatnya dapat memakan biaya hingga ratusan juta rupiah. Begitu pun biaya dalam pembuatan tiang Ngadu serta Bhaga.
"Kebakaran ini juga menghanguskan berbagai perabot dan karya seni warga desa adat yang sangat bernilai seperti perlengkapan rumah tangga, emas adat, serta kain tenun adat yang harganya mencapai puluhan juta rupiah," ucap Harry.
Kementerian Sosial, lanjutnya, juga akan memberikan bantuan pembangunan rumah untuk 27 kepala keluarga masing-masing sebesar Rp25 juta. Dalam penyalurannya, Kementerian Sosial bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui ATM Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
Dikatakan Dirjen, penyaluran bantuan secara nontunai ini sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo bahwa penyaluran bantuan sosial harus terpadu melalui kartu kombo. Dengan demikian bagi korban yag memenuhi kriteria akan dapat menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) atau Bantuan Pangan Beras Sejahtera (Rastra), dan bansos lainnya.
"Pendekatan ini sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia telah menerapkan Sistem Perlindungan Sosial yang adaptif dan berkelanjutan," tambahnya.
Sementara itu, mengenai pembangunan kembali rumah adat warga Kampung Gurusina, Harry menegaskan pembangunan rumah adat tetap disesuaikan dengan arsitektur desa adat yang sesuai dengan keinginan masyarakat adat setempat. Hal ini dilakukan seperti model penanganan Kampung Baduy sebanyak 80 rumah yang pernah terbakar tahun 2017 lalu kini dibangun kembali dengan arsitektur yang sama seperti sebelumnya.(*)