"Kegiatan Pesantren Kilat Ramadhan semacam ini, jelas memberikan
makna kuat dan positif, karena selain untuk syiar Ramadhan, bagi
peserta, baik pelajar, mahasiswa, santri pondok pesantren dan kelompok
lainnya, bisa mendapatkan tambahan ilmu, apakah dengan isu dan agenda
lingkungan hidup, pendidikan karakter atau lainnya," kata Direktur
Pemberitaan LKBN Antara Achmad Munir.
Penilaian itu disampaikan ketika memberikan sambutan tertulis
pada kegiatan Pesantren Kilat Ramadhan 1439 Hijriah/2018 bertema
"Sumbangsih Generasi Muda pada Perbaikan Lingkungan Hidup Berbasis
Pendidikan Karakter", yang digagas bersama antara Serikat Pekerja
ANTARA (SPA) dengan Yayasan IDS Rumah Pendidikan Indonesia, yang
dipusatkan di Kompleks Perguruan SMK Wikrama, Kota Bogor, Jawa Barat,
selama dua hari (2-3/6).
Pesantren Kilat (Sanlat) yang didukung mitra kerja sama,
yakni Yayasan Baitul Mal (YBM) BRI, Indocement, Taman Safari
Indonesia, RS Pelni, Pelindo III, Alfamart, Maram, SMK Wikrama, APP,
Indofood, Kemensos, BPJS Kesehatan, RS Harapan Sehati Cibinong diikuti
100 peserta, yang terdiri atas pelajar SLTA, mahasiswa perguruan
tinggi negeri dan swasta, santri pondok pesantren dari kawasan
Jabodetabek dan daerah lain.
Sejumlah narasumber, baik pakar lingkungan hidup, pakar
pendidikan, serta pembicara lain memotivasi peserta untuk bisa
berkpirah -- dalam kapasitas sebagai generasi muda -- secara maksimal.
Ketua SPA Abdul Gofur menyatakan bahwa Sanlat Ramadhan adalah
agenda tetap organisasi yang dipimpinnya itu, yang selalu digagas
secara kolaboratif dengan berbagai kalangan, baik kementerian, dunia
bisnis, serta komunitas terkait lainnya, sesuai tema.
Kegiatan yang sudah berlangsung hingga tahun ketujuh ini,
pernah menghadirkan Menteri BUMN kala itu Dahlan Iskan, Kepala BNP2TKI
M Jumhur Hidayat, Menpora Imam Nahrawi dan juga lainnya.
"Kami merangkul semua pihak yang bisa bersinergi, dan
sekaligus membuktikan organisasi serikat pekerja juga peduli dengan
agenda-agenda pemberdayaan generasi muda, yang tidak harus terkait
langsung dengan SP," kata Abdul Gofur.
Ia menambahkan bahwa Sanlat Ramadhan pada 2015 SPA bersinergi
dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk isu-isu literasi jasa
keuangan syariah.
Sementara dengan Kemensos, isu mengenai bahaya pornografi dan
narkoba bagi kalangan muda juga diusung sebagai tema utama yang
didiskusikan melalui Sanlat Ramadhan.
"Kami terus membuka diri dengan berbagai kalangan untuk
bekerja sama mengusung tema-tema lain yang strategis untuk dibedah
melalui Sanlat Ramadhan," tambahnya.
"Syahrut Tarbiyah"
Ketua panitia pelaksana kegiatan Sanlat Ramadhan 2018 Budi
Santoso menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan menyemarakkan
Ramadhan sebagai "Syahrut Tarbiyah" atau bulan pendidikan dengan
kegiatan edukatif, mencerdaskan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Selain itu, menularkan jiwa dan karakter pemuda agar memiliki
tekad kuat sebagai pelopor perubahan di masa mendatang.
"Kami mendorong generasi muda Indonesia untuk tampil terdepan
dalam penyelamatan lingkungan hidup serta menanamkan spirit
nasionalisme, jiwa kebangsaan dan cinta Tanah Air di kalangan generasi
muda," katanya.
Khusus isu lingkungan, pihaknya ingin menularkan budaya sadar
lingkungan hidup dan mendorong terbangunnya pemuda kritis, pembelajar
dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.
General Manager Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM-BRI) Dwi Iqbal Novianto mengajak generasi muda Muslim Indonesia
memiliki sudut pandang mendunia dalam mengembangkan dirinya.
"Lihat Rasulullah Muhammad SAW, beliau lahir di Makkah dan
meninggal di Madinah, maka untuk bisa berkembang kita perlu merantau
dan mengumpulkan wawasan yang banyak," katanya.
Iqbal menyampaikan generasi Y atau generasi muda memiliki
kesempatan yang masih sangat banyak untuk berkiprah bagi masa depan
dirinya maupun bangsanya.
"Bila generasi muda bisa mengetahui cara mengembangkan
wawasan dan pergaulan yang positif secara luas dan tidak mudah putus
asa, generasi muda Muslim bisa meraih apa yang seharusnya ia dapat
secara optimal sesuai bakat yang diberikan Allah SWT kepadanya,"
katanya.
Ia mengajak semua orang untuk berbaik sangka terhadap
potensi dan takdir Allah SWT seberat apapun itu sebagai kebaikan yang
berhikmah.
Kaum muda perlu terus mendorong dirinya bersemangat
mengenali bakat dan bangkit dari keterpurukan atau kegagalan yang
berulang dengan tekad yang kuat beristikamah meraih kesuksesannya.
Jika sudah mengenali bakat, kata dia, baiknya setiap pemuda
tetap pada bakatnya dan mengembangkannya, bukan berpaling kepada
bidang lain.
Dengan begitu, ragam profesi yang sebenarnya Allah SWT sudah
titipkan dalam diri setiap orang untuk saling melengkapi akan
terlaksana dengan berkah.
"Terakhir, jangan lupa berdoa sebagai penutup. Karena yang
terpenting bukanlah menyesali, seterpuruk apapun kita, pasti bisa
bangkit dengan shalat, berbakti pada orang tua, ikhtiar dan doa," kata
Iqbal.
Efektifkan waktu
Praktisi pendidikan nasional yang juga Direktur IDS Rumah
Pendidikan Indonesia Ir Itasia Dina Sulvianti, M.Si mengulas cara
mengefektifkan waktu yang harus dipahami generasi muda Muslim di
Indonesia.
"Kita tidak pernah tahu umur sampai kapan. Karenanya kita harus
efektif agar kita bisa melejit dalam mengisi kehidupan untuk menuju
surga dengan rujukan Al Quran," katanya.
Staf pengajar di Departemen Statistika FMIPA IPB itu
mengingatkan generasi muda Muslim memahami cara dan dasar ilmu yang
membantu mereka menjadi manusia Indonesia yang efektif dalam mengisi
kehidupannya.
"Setiap orang harus mengetahui terlebih dahulu ilmu dalam
meraih manfaat hidup agar terkabul dan terlaksana sesuai yang tertera
dalam Al Quran," katanya.
Menurut Ketua Perguruan Wikrama Indonesia itu juga mengajak
meluangkan waktu untuk konsentrasi berdoa dan mengamalkan target yang
dibarengi banyak istighfar.
Setiap orang perlu mengingat tempat kembali yang hakiki yakni
surga dalam angka harapan hidup manusia di zaman ini rata-rata singkat
hanya 60 tahun untuk mengumpulkan amal baik.
Oleh karena itu, perlu ada gerakan mengefektifkan waktu untuk
meraih manfaat hidup setinggi-tingginya, katanya.
Sementara itu, Dr Zulhamsyah yang wewakili Direktur Pusat Studi
Regional Penelitian Biologi Tropis (Southeast Asian Regional Centre
for Tropical Biology/SEAMEO BIOTROP) Dr Ir Irdika Mansur, M.Sc
memberikan paparan tentang kepemimpinan transformatif menjawab
tantangan era "Disruptive Innovation".
Ia membedah surat Al-Fatihah yang ternyata mengandung makna
untuk menuntun umat Islam menjadi pemimpin yang transformatif.
"Yakni pemimpin yang mampu mengenali sejak awal perubahan dari
lingkungannya," kata Deputi Direktur SEAMEO BIOTROP itu.
Sedangkan Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan (SP3) IPB Dr Sofyan Sjaf memberikan paparan tentang
keniscayaan gererasi muda yang harus berani tampil sebagai inovator
menggerakkan ekonomi desa.
Ia menegaskan potensi sumber daya alam Indonesia begitu besar
namun belum banyak pemuda yang menggarap secara optimal apa yang telah
Allah SWT telah limpahkan kepada Indonesia.
Dalam kaitan itu, ia mengungkap SP3 IPB tengah mencetak ribuan
inovator yang akan terjun menggerakkan ekonomi di desa-desa.
Aspek kesehatan puasa
Agenda lain dalam kegiatan Sanlat Ramadhan 2018 itu adalah
pembahasan mengenai aspek kesehatan dalam puasa.
Praktisi kesehatan dari RSUD Kota Bogor dr Suksmono H Sp.SP
yang menggantikan pimpinan RS Harapan Sehati Cibinong dr Eko
Suprayogi, Sp.AN mengupas pengaruh puasa bagi pasien ginjal, yang
sebenarnya bermanfaat menaikkan fungsi organ tubuh vital tersebut.
"Saya banyak didatangi pasien geriatri dulu, boleh tidaknya
puasa. Saya katakan puasa saja," katanya.
Ia mengatakan sejak ia melakukan penelitian bersama timnya
sekitar tahun 1990-an, sudah terungkap manfaat puasa bagi pasien
geriatri bahwa puasa justru baik bagi kesehatannya.
Sehingga dengan hasil riset itu, menurut dokter spesialis
ginjal asal RSUD Kota Bogor itu dirinya semakin yakin untuk
merekomendasikan puasa bagi pasiennya.
Semula banyak keluarga pasien yang memprotes jawabannya, yang
membolehkan puasa bagi penderita penyakit ginjal, khususnya bagi
golongan geriatri dengan alasan khawatir terhadap risiko kesehatan.
Atas dasar tersebut Suksmono dan tim melakukan penelitian untuk
menemukan jawaban yang mendasar secara medis.
Hasilnya, pada 10 hari pertama karena belum terbiasa memiliki
disiplin yang standar, dari skala 1-100 kondisi ginjal pasien bermula
di skor 47 kemudian turun menjadi 42.
Lalu hingga 20 hari puasa, skor hanya naik sedikit di angka 45
dan baru melonjak menjadi 54 pada 30 hari terakhir.
Artinya, kata dia, tubuh hanya membutuhkan penyesuaian terhadap
kondisi dan kedisiplinan pasien dari makanan dan aktifitas sehari-hari
maupun rutinitas cek kesehatan ke dokter.
Menurutnya, hal ini adalah membuktikan bahwa tidak makan yang
balut dengan niat ibadah berbeda dengan kosongnya perut akibat telat
makan.
"Kalau puasa dibarengi niat karena Allah, mungkin niat dan
keyakinan inilah yang membuat Allah menunjukan kekuasaannya justru
memberi dampak positif bagi kesehatan," katanya.
Sanlat Ramadhan 2018 itu kemudian dilengkapi dengan penampilan
tim edukasi dan konservasi satwa liar dari Taman Safari Indonesia
(TSI) Bogor, yang membawa satwa burung dan peta mengenai ancaman
kepunahan pada satwa di Tanah Air.
Kerja bersama dan sinergis seperti Sanlat Ramadhan disebut
Ketua Tanfidziah Nandhatul Ulama (NU) Bogor Dr Ir Ifan Haryanto, M.Sc
-- sebagai salah satu penasihat kegiatan -- adalah wujud dari
kebarahakan bulan suci bagi umat Islam itu.
"Sanlat ini membawa kebarakahan dari Ramadhan, sehingga harus
diagendakan setiap tahun saat kaum Muslim diberi kesempatan bertemu
bulan yang penuh rahmat, barakah, maghfirah dan pembebasan dari api
neraka ini," katanya. (*)