Ponorogo, Jawa Timur (ANTARA) - Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menyambut positif rencana Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk mengaktifkan kembali jalur kereta api Madiun–Slahung yang sudah nonaktif selama lebih dari empat dekade jalur sepanjang sekitar 40 kilometer itu terakhir digunakan pada 1984.
"Tentu kami di daerah menyambut positif. Ada alasan kuat mengapa Belanda dulu membangun jalur Madiun–Slahung, dan itu berkaitan dengan potensi ekonomi daerah," ujar Sugiri.
Menurut Sugiri, reaktivasi jalur tersebut akan mendukung konektivitas dan menghidupkan kembali sektor ekonomi di wilayah Ponorogo bagian barat.
Ia menilai pembangunan rel Madiun–Slahung pada masa kolonial Belanda pun didorong oleh pertimbangan ekonomi yang sama.
"Tentu kami di daerah menyambut positif. Ada alasan kuat mengapa Belanda dulu membangun jalur Madiun–Slahung, dan itu berkaitan dengan potensi ekonomi daerah," ujar Sugiri, Selasa (7/10).
Bupati yang akrab disapa Kang Giri itu menyatakan siap mendukung program strategis nasional tersebut. Namun, ia menekankan agar permasalahan sosial dan status lahan yang kini sudah banyak beralih fungsi dapat diselesaikan dengan pendekatan humanis.
"Problem sosialnya harus diutamakan. Aset-aset yang kini sudah beralih fungsi perlu diselesaikan secara bijak dan humanis," katanya.
Rencana reaktivasi jalur Madiun–Slahung ini ditargetkan rampung pada 2030 sesuai Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas).
Meski demikian, Sugiri berharap proyek tersebut dapat dipercepat agar manfaatnya segera dirasakan masyarakat.
"Kalau bisa jangan menunggu 2030, tapi dimajukan sedikit supaya masyarakat Ponorogo bisa segera menikmati naik kereta lagi," ujarnya sambil berkelakar.
Berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub, jalur Madiun–Slahung termasuk dalam 13 lintasan yang akan direaktivasi di Pulau Jawa hingga 2030.
Beberapa jalur lainnya antara lain Sukabumi–Cianjur–Padalarang, Cicalengka–Jatinangor–Tanjungsari, Cirebon–Kadipaten, Banjar–Cijulang, Purwokerto–Wonosobo, Semarang–Demak–Rembang, Kedungjati–Ambarawa, Jombang–Babat–Tuban, Kalisat–Panarukan, Semarang–Demak–Juana–Rembang, Sidoarjo–Tulangan–Tarik, dan Kamal–Sumenep.
Sebagai informasi, jalur kereta Madiun–Slahung merupakan bagian dari jaringan lama yang dibangun Belanda pada awal abad ke-20 untuk mengangkut hasil bumi dan bahan tambang dari selatan Madiun Raya.
Setelah berhenti beroperasi sejak 1984, sebagian asetnya kini beralih fungsi menjadi pemukiman dan area pasar.
