Jember (Antaranews Jatim) - Kelompok Riset (Keris) Agriculture Economics and Agribusiness (Agriecon) Universitas Jember (Unej) memaparkan tentang diversifikasi tanaman tembakau melalui peluncuran buku Agribisnis Tembakau di Fakultas Pertanian Unej, Jawa Timur, Senin.
Ketua Kelompok Riset Agriecon Unej Prof Rudi Wibowo mengatakan pihaknya fokus untuk mendalami penelitian dan pengembangan di bidang ilmu ekonomi pertanian dan agribisnis dengan memperluas jejaring bersama pelaku agribisnis, penerbitan jurnal ilmiah dan buku, serta melakukan inovasi pembelajaran agribisnis dalam bentuk media, modul, dan diktat perkuliahan.
"Untuk pertama kali kami sengaja memilih tembakau sebagai kajian utama, mengingat keberadaan tembakau saat ini menjadi kontroversi," ucap guru besar Sosial Ekonomi Pertanian itu.
Ia berharap buku yang memuat pemikiran para peneliti dan mahasiswa tersebut dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat, bahwa tembakau tidak hanya untuk rokok dan cerutu saja.
"Banyak manfaat yang bisa dikembangkan dari tanaman yang juga dikenal sebagai emas hijau itu, dari obat luka bagi penderita diabetes, 'soft candy' sebagai pengganti rokok, bahan penghilang jamur pada perabot kayu, asap cair organik, bahan parfum, hingga potensi tembakau sebagai bahan obat HIV/AIDS," tuturnya.
Sementara dalam sambutannya, Rektor Unej Moh. Hasan menyambut gembira langkah nyata kelompok riset agribisnis ekonomi yang telah menerbitkan buku Agribisnis Tembakau tersebut, apalagi melibatkan banyak peneliti muda dan mahasiswa.
"Saya berharap penelitian-penelitian mengenai potensi tembakau sebagai produk nonrokok dan noncerutu nantinya dapat dihilirkan melalui Science Techno Park Unej," ucap Rektor Unej dua periode itu.
Dukungan juga ditunjukkan oleh Unej dengan menganggarkan dana bagi 130 kelompok riset yang sudah ada dengan mengalokasikan dana sebesar Rp6 miliar hingga Rp8 miliar untuk semua kelompok riset yang ada dan tahun 2019 jumlahnya meningkat drastis hingga Rp25 miliar.
Peluncuruan buku Agribisnis Tembakau kemudian dilanjutkan dengan diskusi bertajuk "Diskusi Terpumpun, Membuka Ruang Inovasi dan Bisnis untuk Kemajuan Industri" yang menghadirkan pelaku industri tembakau yang diwakili oleh General Manager Kebun Kertosari Leo Tumanggor, General Manajer Kebun Ajung Gayasan Untung Moeljono, dan Kepala Penelitian dan Pengembangan Tembakau PTPN X Erna A. Dewi.
Dalam pemaparannya, Leo Tumanggor menjelaskan salah satu kendala yang dihadapi oleh pelaku industri tembakau yakni keterbatasan informasi pasar internasional dan pemanfaatan tembakau yang hanya untuk bahan rokok dan cerutu.
"Selama ini kami masih berfokus pada pembeli tradisional, belum menjamah pasar lainnya. Kedua, kami masih memproduksi `raw material` saja, berupa daun tembakau dan belum menyentuh produksi turunan tembakau," katanya.
Menanggapi hal itu, salah seorang peneliti di Kelompok Riset Agriecon Unej Ahmad Zainuddin menyarankan PTPN X mulai melirik pasar baru selain negara-negara tujuan ekspor tradisional tembakau Indonesia seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.
"Dalam penelitian yang kami lakukan, negara seperti Sri Lanka dan Republik Dominika berpotensi menjadi pasar baru tembakau Indonesia," ujarnya.
Buku Agribisnis Tembakau setebal 408 halaman yang diterbitkan oleh Kelompok riset Agriecon memuat 42 tulisan yang merupakan hasil penelitian dari peneliti dan mahasiswa Unej, serta perguruan tinggi dan institusi lainnya.(*)