Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan (Disperinaker) Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan semua tenaga kerja di berbagai bidang yang memiliki sertifikasi di daerahnya tetap harus menjalani tes dalam proyek pengembangan lapangan gas Jambaran-Tiung Biru (JTB).
"Semua tenaga kerja sertifikasi lokal tetap harus menjalani tes untuk bisa diterima sebagai tenaga kerja di proyek pengembangan gas JTB," kata Kepala Bidang Pengembangan dan Penempatan Tenaga kerja Disperinaker Bojonegoro Joko Santoso, di Bojonegoro, Senin.
Dengan demikian, lanjut dia, sebanyak 74 tenaga kerja yang menjadi peserta program pendidikan dan pelatihan keterampilan industri migas yang baru lulus di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Migas (PPSDM) Cepu, Jawa Tengah, juga tetap harus menjalani tes.
Hingga saat ini, lanjut dia, sudah ada sebanyak 270 tenaga kerja yang lulus ujian sertifikasi mulai las, operator, permesinan juga bidang lainnya program "corporate social responsibility" (CSR) Pertamina EP Cepu.
"PEPC sudah tiga kali menggelar pendidikan dan pelatihan keterampilan industri migas. Begitu pula ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) juga tiga kali menggelar program pendidikan sertifikasi dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat hampir sama dengan program PEPC," kata dia, menjelaskan.
Ditanya terkait waktu penerimaan tenaga kerja di proyek pengembangan gas JTB, ia mengaku tidak tahu pasti karena masih menunggu pengajuan permintaan tenaga kerja dari PT Rekind atau sub kontraktornya.
"Tapi kalau ada penerimaan tenaga kerja sertifikasi sudah ada kesepakatan akan diajukan melalui satu pintu di disperinaker," ucapnya, menambahkan.
Hal senada disampaikan Bagian Personalia PT Rekind Sigit Utomo yang menyebutkan penerimaan tenaga kerja di proyek unitisasi pengembangan gas JTB dengan jumlah kebutuhan sekitar 6.000 tenaga kerja dimulai April 2018.
"Jumlah kebutuhannya sekitar 6.000 tenaga kerja baik "skill" maupun "non skill". Tapi proses penerimaan bertahap berjalan selama tiga tahun," ujarnya.
Proyek unititasi pengembangan gas JTB diawali dengan peletakkan batu pertama oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan pada 25 September 2017.
Proyek dengan dengan investasi sebesar 1,547miliar dolar Amerika Serikat bisa berjalan setelah ada pengurangan "plant of development" (POD) dari 2,1 miliar dolar Amerika Serikat menjadi 1,547 miliar dolar Amerika Serikat.
Selain itu juga ada kesepakatan antara PT Pertamina EP dengan PLN sebagai pembeli gas JTB dengan harga 7,6 dolar Amerika Serikat/juta standar kaki kubik per hari (million metric standard cubic feet per day/MMSCFD).(*)