Jombang (Antaranews Jatim) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tetap berkomitmen membantu kalangan pesantren untuk budi daya ikan, sebagai bagian pemberdayaan para santri dengan harapan ke depan mereka bisa menjadi wirusaha.
"KKP berkomitmen membantu kalangan pesantren untuk budidaya ikan. Harapan kami, minimal bisa berkontribusi dalam perekonomian lokal dan peningkatan gizi santri," kata Sekretaris Jenderal KKP Rifky Effendi Hardijanto saat menghadiri kuliah umum di Yayasan Khoiriyah Hasyim Seblak, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Jumat.
Ia mengatakan, sejumlah pondok pesantren telah mendapatkan program dari KKP untuk budi daya ikan lele menggunakan sistem bioflok. Sistem ini digagas Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan harapan bisa lebih menghemat tempat serta pengelolaan ikan.
"Di sistem bioflok ini, kebutuhan pakan bisa ditekan hingga 50 persen. Di Tulungagung, untuk menghasilkan 1 kilogram lele, dibutuhkan pakan sejumlah 1,6 kilogram. Tapi dengan sistem bioflok, kebutuhan pakan bisa ditekan hingga 0,8 kilogram," katanya.
Penghematan itu, kata dia, diperoleh karena ikan lele diberi pakan flok yang dihasilkan dari probiotik. Dengan sistem tersbeut, ikan lele juga menjadi higienis. Bahkan, jika mau menggunakan pakan buatan sendiri, bisa lebih menekan pengeluaran.
"Kalau produksi lele, nila atau gurami, kemudian pakannya berasal dari bahan yang diperoleh dari kekayaan alam setempat, praktis membuat perputaran rupiah itu hanya ada di Indonesia. Kalau lelenya diekspor, berarti bisa menarik devisa. Ini tentu memberi dampak ekonomi yang luar biasa," tegasnya.
Alumnus ITS Surabaya ini juga sempat menceritakan, saat mendampingi kunjungan Presiden Jokowi ke Sumenep, awal Oktober 2017, rombongan Presiden sempat disuguhi makanan sashimi dari ikan lele. Ternyata, rasanya juga tidak kalah dari yang berbahan ikan salmon.
"(Sashimi lele) itu hanya bisa didapatkan dari hasil produksi kolam sistem bioflok. Rasanya juga enak, ada kenyal-kenyalnya seperti campuran antara salmon dan cumi," kata dia.
Sementara itu, Pendiri "Roemah Snack Mekarsari" Ida Widyastuti yang juga menjadi pembicara dalam kuliah umum tersebut mengisahkan pengalamannya merintis jalan menjadi eksporter aneka camilan, sambal tradisional hingga ikan lele.
Kepada para santri, Ida menuturkan bahwa keberhasilan yang diraihnya tidak datang tiba-tiba. Sejak kecil hingga lulus SMA, ia sempat hidup dalam kemiskinan. Bahkan, pekerjaan berat menjadi buruh tani sempat dilakukannya sejak usia dini. Untuk itu, ia tetap bersemangat dan meminta para santri juga tidak putus asa.
"Santri Jombang harus bertekad, sepulang dari pondok harus bisa merintis usaha sendiri," katanya. (*)