Jember (Antara Jatim) - Serikat Pengajar Hak Asasi Manusia (SEPAHAM) Indonesia bersama The Centre for Human Rights, Multiculturalism & Migration (CHRM2) Universitas Jember meluncurkan buku "HAM: Dialektika Universalisme versus Relativisme di Indonesia" di Gedung CDAST Universitas Jember, Jawa Timur, Minggu.
"Buku ini untuk mengisi kekosongan literatur tentang HAM yang lebih utuh karena dalam buku tersebut memberikan pemahaman kompleksitas pemenuhan HAM di Indonesia," kata tim editor yang juga aktivis HAM Dr Herlambang P. Wiratraman dalam peluncuran buku tentang HAM di ruang CHRM2 Gedung CDAST Universitas Jember.
Sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar yang memikiki sistem demokrasi, lanjutnya, Indonesia mempunyai pengalaman panjang terkait kontestasi universalisme versus relativisme HAM.
"Perdebatan universalisme vs relativisme HAM yang terjadi tersebut dapat dipahami dengan menyadari bahwa perdebatan terkait keduanya tidak hanya merujuk pada teks, melainkan juga konteks HAM yang dipahami oleh negara, masyarakat, atau individu, sehingga sangat kompleks," ucap Ketua Human Rights Law Studies (HRLS) Unair Surabaya itu.
Ia mengatakan bangsa Indonesia masih punya pekerjaan rumah (PR) besar untuk melihat budaya HAM dan masyarakat banyak berbicara tentang retorika hukum, padahal budaya HAM sebenarnya ada di sekitar masyarakat, misalnya hak untuk menghormati orang lain yang masih perlu dibangun dan dikuatkan kembali.
"Kami berharap buku tersebut dapat menjadi transformasi pendidikan yang dapat digunakan dosen, mahasiswa, dan masyarakat untuk lebih mengakselerasi terhadap pemahaman HAM di Indonesia," tuturnya.
Sementara Direktur CHRM2 Unej Dr Al Khanif mengatakan peluncuran buku "HAM: Dialektika Universalisme vs Relativisme di Indonesia" tersebut dilakukan bertepatan dengan momentum peringatan Hari HAM Sedunia.
"Buku tersebut merupakan buku pertama kali yang diterbitkan SEPAHAM bersama CHRM2 Universitas Jember dan HRLS Unair yang berisi berbagai tulisan akademisi dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia tentang HAM dari berbagai sudut pandang dan kasus," katanya.
Menurutnya globalisasi HAM yang telah berlangsung beberapa dekade telah menyebabkan perdebatan universalisme vs relativisme dalam HAM semakin tajam di berbagai negara, sehingga SEPAHAM Indonesia sebagai satu-satunya organisasi yang menaungi para pengajar HAM di Indonesia menerbitkan buku untuk menjawab dinamika perdebatan universalisme versus relativisme di Indonesia.
"Universalisme HAM harus terus bisa diperjuangkan sebagai pembentukan peradaban kemanusiaan yang lebih meneguhkan dua hal sebagaimana dikutip dari Abdullah Ahmed An-Na'im yakni keinginan untuk hidup dan keinginan untuk bebas," ucap Ketua SEPAHAM Indonesia itu.
Ia berharap dimensi universalisme HAM tersebut dapat berkembang di Indonesia karena saat ini yang berkembang malah sebaliknya yakni relativisme yang seolah-olah dijadikan pembenaran oleh negara dan masyarakat untuk membatasi HAM.(*)
Video Oleh Zumrotun Solichah