Alasan dari salah seorang pramugari, bandara yang dituju masih ditutup sementara dan tak menyebut apa alasan utama pesawat tak segera mendarat.
Syukurlah, penerbangan "panjang" yang "take off" sejak sekitar 7.30 WIB tak menemui kendala berarti dan akhirnya "landing" sekitar 9.30 WIB.
Dari Bandara Halim Perdanakusuma di kawasan Cililitan, Jakarta, tak lebih dari 30 menit menuju Taman Mini Indonesia Indah (TMII), kawasan Jakarta Timur.
"Selamat datang di Taman Mini," ucap Winarno, pengurus bidang kesenian Anjungan Jawa Timur di TMII menyapa.
Di pintu gerbang anjungan, Narno, begitu sapaan akrabnya, tak langsung menunjukkan satu per satu obyek, namun mempersilakan menikmati hidangan khas Jatim, termasuk tempe yang dibumbui sambal lengkap dengan sayurnya.
Anjungan Jatim merupakan satu di antara 33 anjungan daerah yang terdapat di TMII yang luasnya mencapai satu hektare, sama dengan anjungan-anjungan daerah lainnya.
Berdasarkan catatan dari situs resmi TMII, anjungan daerah adalah bangunan-bangunan rumah adat yang bercirikan arsitektur tradisional khas daerah Indonesia.
Terdapat 33 Anjungan Daerah yang dibangun berderet mengelilingi danau Miniatur Arsipel Indonesia, melambangkan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Tiap provinsi menampilkan sekurangnya tiga bentuk rumah adat khas daerah, berada di satu kawasan yang disediakan untuk provinsi bersangkutan.
Bentuk rumah adat dibuat sesuai dengan bangunan asli, baik ukuran, bentuk atap, ragam hias, susunan ruangan, bentuk jendela, tangga, dan detil lainnya.
Anjungan daerah dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai rumah adat berbagai suku bangsa di Indonesia kepada masyarakat luas, terutama generasi muda yang mungkin tidak sempat lagi melihat rumah adat di daerah asalnya.
Bangunan dan rumah adat sekaligus digunakan sebagai temapat pameran dan peragaan berbagai benda sejarah, pakaian adat, peralatan kesenian, hasil kerajinan, dan benda-benda budaya lain yang merupakan warisan bangsa yang tak ternilai harganya.
Berkeliling Anjungan
Meski awalnya cuaca menyengat, namun usai makan siang dan Shalat Jumat, hujan turun cukup deras saat itu. Setelah menunggu reda, Pak Narno menjelaskan satu per satu mulai pintu gerbang yang lokasinya tepat menghadap danau.
Di anjungan Jatim, pengunjung diperkenalkan dengan beragam budayanya. Di mulai dari depan, atau di bagian awal, halaman ditandai dengan dua buah patung, Kotbuto dan Angkobuto, yang mengapit jalan masuk anjungan.
Menurut cerita, parung tersebut merupakan gambaran patih kembar dari Blambangan, selagi diperintah oleh Menak Jinggo.
Di halaman ini juga dibangun kompleks percandian Penataran di Blitar dalam ukuran yang sebenarnya, dilengkapi dengan sebuah patung Ganesya di dalamnya.
"Ukuran yang dibangun di sini, sama dengan ukuran Candi Penataran sebenarnya di Blitar," kata pria yang sudah sejak 1984 bertugas di anjungan Jatim tersebut.
Kemudian, di sana juga diperlihatkan keagungan kerajaan Majapahit yang digambarkan dalam bentuk relief "Penobatan Raden Wijaya" sebagai raja Majapahit Pertama.
Diperagakan pula adegan "Sumpah Palapa", yang mana patih Majapahit, Gadjah Mada, bersumpah akan menyatukan Nusantara.
Sedangkan di sisi kiri, patung kerapan sapi dengan latar belakang perbukitan kapur utara menggambarkan permainan dan tontonan dari pulau Madura yang sangat populer.
Beralih ke halaman berikutnya, digambarkan alam perjuangan, termasuk tegaknya berdiri sebuah tugu tinggi meruncing yang bersegi 10 dan mempnyai 11 keratan, yaitu tiruan Tugu Pahlawan yang sebenarnya berada di Kota Surabaya atau dikenal dengan sebutan Kota Pahlawan.
Di depannya nampak patung patriot bambu runcing yang mengingatkan gigihnya para pahlawan melawan dan mengusir penjajah, dan betapa banyaknya yang gugur sebagai kusuma bangsa pada saat itu.
Perjuangan "Arek-arek Suroboyo" itu tergambar pada relief pertempuran 10 November 1945, kemudian ada juga relief menceritakan peristiwa penyobekan bendera merah putih biru di Hotel Yamato, sampai dengan penghancuran markas kompeitei, tepat di depan kantor Gubernur Surabaya.
Di halam ini juga terlihat bangunan tiruan menara Masjid Ampel yang pada sejarah mencatat bahwa di antara sembilan tokoh penyebar agama Islam di Jawa timur yang terkenal dengan sebutan "Wali Songo", terdapat beberapa di antaranya berada di Jawa timur, yaitu Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Giri dan Sunan Drajat.
Halaman berikutnya menggambarkan alam pedesaan, terlihat beberapa rumah adat, sebuah rumah kepala desa, lengkap dengan pendopo dan kenthongannya, merupakan bangunan induk anjungan ini.
"Aslinya berasal dari Ponorogo. Kemudian ada juga rumah dalem yang menyatu dengan pendopo yang merupakan asal dari Pacitan. Rumah itu sengaja diboyong ke TMII untuk menggambarkan bentuk arsitektur tradisionalnya secara asli dan utuh," kata Narno menambahkan.
Bangunan lain yang terdapat di sana, memperagakan bentuk rumah yang berasal dari Madura. Diwakili oleh Kabupaten Sumenep, Pamekasan, bangkalan dan rumah Situbondo, yang merupakan model Jawa-Madura.
Terdapat pula langgar (tempat ibadah), pir (alat transportasi dari bangkalan), perahu-perahu nelayan dan pagupon (tempat memelihara burung Merpati) dalam penampilan yang khas.
Di tempat-tempat tertentu juga ditanam pohon-pohon yang ditemukan di jawa Timur, antara lain Maja, Srikaya, Kelapa gading, Sawo Kecik, Mangga, Kayu Jati dan lain-lain.
Satu lagi tempat yang menjadi ruang pamer hasil produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) asal 38 kabupaten/kota, yang menampilkan antara lain batik, kerajinan tangan, cendera mata dan lainnya.
Promosi Wisata
Keberadaan anjungan salah satu tujuannya adalah mempromosikan wisata-wisata yang ada di Jawa Timur. Sebelum ke Jatim, bagi pengunjung yang berada di TMII bisa melihatnya terlebih dahulu.
Tak hanya wisata alam, di Jatim juga dikenal dengan wisata budaya yang memiliki kekayaan beragam. Mulai tari, ludruk, musik, drama dan masih banyak lagi yang lain.
Tak perlu khawatir karena semuanya tetap bisa dinikmati di sana. Bahkan, setiap bulannya juga digelar pesona budaya yang menampilkan berbagai kesenian-kesenian seluruh daerah.
"Pesona budaya digelar untuk mempromosikan wisata kesenian Jatim dan memperlihatkan bahwa kekayaan kesenian memang ada di sana," kata Kepala Badan Penghubung Provinsi Jawa Timur di DKI Jakarta, Dwi Suyanto.
Tak hanya setiap bulan, paket wisata kesenian juga ditampilkan setiap pekan atau dua pekan sekali sejak awal tahun.
Selama 2017, terdapat 13 kegiatan yang diikuti 30 kabupaten/kota asal Jatim yang ditampilkan di anjungan Jatim, antara lain pergelaran lawak, musik campur sari, tari daerah dan fragmen dengan cerita "Songgolangit Patemboyo" asal Kota Kediri pada 12 Maret 2017 yang juga kegiatan perdana.
Begitu juga bulan-bulan berikutnya yang digelar pentas seni, yang pada tahun ini ditutup dengan penampilan asal Kota Blitar, yaitu tari daerah, campur sari, lawak guyon maton dan seni pertunjukan dengan cerita "Drian Sambernyawa" dalam rangka Hari Pahlawan 10 November 1945.
"Tahun 2018 kami tetap menggelar kegiatan kesenian pesona budaya dan tentu lebih baik dari sebelumnya. Sudah ada juga pemerintah kabupaten/kota yang siap menggelar kesenian di sini dalam bentuk pergelaran besar," katanya didampingi dua stafnya, Samad Widodo dan Rahmi Afwani.
Tak hanya sekadar tontonan, tapi ajang-ajang kesenian ditujukan untuk menari kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, jumlah destinasi wisata di Jatim pada 2016 sebanyak 784 tempat, yaitu terdiri dari 265 wisata alam, 320 wisata budaya dan 199 wisata buatan.
Sedangkan, jumlah wisatawan domestik pada 2016 mencapai hingga 58 juta, kemudian data hingga Agustus 2017 jumlah kunjungan wisatawan domestik mencapai 24,85 juta.
Khusus untuk kunjungan wisatawan mancanegara, pada tahun 2016 telah mencapai 600 ribu lebih dan diharapkan meningkat hingga 700 ribu pada tahun ini serta mencapai sejuta pengunjung lebih pada 2019.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menilai pembangunan infrastruktur sangat diperlukan untuk mendukung penguatan sektor pariwisata sehingga menunjang ketertarikan wisatawan dari dalam maupun luar negeri berkunjung.
"Destinasi wisata di Jatim sangat luar biasa, tapi infrastruktur yang kurang memadai akan mempengaruhi wisatawan untuk datang," katanya.
Kurangnya infrastruktur mengakibatkan banyak destinasi wisata di Jatim tidak dikenal masyarakat sehingga infrastruktur memadai menjadi pendukung utama pariwisata sekaligus penggali potensi wisata agar mampu meningkatkan perekonomian.
Gus Ipul, sapaan akrabnya, mengatakan jika nantinya Jalur Lintas Selatan (JLS) selesai dikerjakan maka diyakini jumlah kunjungan wisatawan ke Jatim akan bertambah khususnya, di kawasan selatan.
Pembangunan beberapa bandar udara juga merupakan faktor pengungkit peningkatan pariwisata dan Jatim diharapkan tidak lagi hanya menjadi tempat transit, namun destinasi tujuan wisata utama.
"Pada intinya, tempat wisatanya harus ditata dengan baik, sumber daya manusia wisatanya juga harus ditingkatkan kualitasnya dan pemahaman masyarakatnya agar sadar wisata," ucap orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut. (*)
Video Oleh Fiqih Arfani