Tulungagung (Antara Jatim) - Salah satu desa di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menggelar lomba "kampung pelangi kemerdekaan" yang diikuti 32 kelompok lingkungan RT yang tersebar di tiga dusun daerah tersebut sejak awal Agustus.
"Ide awal penyelenggaraan lomba ini adalah untuk memeriahkan hari besar Kemerdekaan ke-72 RI di desa kami," kata Kepala Desa Mulyasari, Kecamatan Pagerwojo, Agil Wuisan, Senin.
Dari semula kegiatan yang digelar berskala dusun, respon masyarakat sangat besar sehingga lomba kampung pelangi diikuti 32 RT yang tersebar di tiga dusun Desa Mulyosari.
Warga bahkan rela kerja bakti melakukan pengecatan tembok rumah dan pagar di lingkungan mereka secara berturut selama dua pekan.
"Nanti akan dinilai lingkungan yang paling cantik, unik dan menarik," katanya.
Gotong-royong warga Desa Mulyosari selama dua pekan itu menghabiskan sekitar 20 kaleng cat berukuran lima kilogram untuk merubah desanya nampak berbeda dengan desa lainnya.
Menurut Angga, pengecatan warna-warni dilakukan secara swadaya tanpa ada bantuan dari pihak manapun.
Angga salah satu warga setempat terlihat sibuk memoleskan kuas cat ke dinding rumah warga, yang menghadap sebuah gang kecil. Angga tidak sendirian, ada tiga perempuan yang turut membantu mengecat.
Masing-masing orang memoleskan warna yang berbeda.
"Sudah dua pekan ini semua warga desa gotong-royong mengecat setiap dinding. Bahkan lembur sampai malam hari," kata Angga.
Gotong-royong dalam rangka lomba kampung pelangi itupun kini mulai membuahkan hasil.
Desa yang sebelumnya kusam di area pegunungan, kini semakin indah. Warna-warna menyolok mata langsung menyambut saat memasuki jalanan di desa ini. "Sudah ada yang mengunggah ke media sosial. Ternyata responnya positif, dan banyak yang menyebut kampung pelangi," ujar Kepala Desa Mulyosari Agil Wuisan.
Agil menuturkan, ide kampung pelangi ini berasal dari Kampung Warna-warni di Malang. Ide tersebut kemudian dituangkan di Desa Mulyosari.
Warga pun patungan untuk membeli cat. Ada 32 RT di tiga Dusun yang dilibatkan untuk mengecat lingkungannya.
Masing-masing dibebaskan untuk memberikan pola sesuai dengan selera seninya. Ada yang dibuat mirip pelangi, pola kotak-kotak, hingga polkadot.
"Agar semua bersemangat, akhirnya kami lombakan saja. Sekaligus untuk memeriahkan peringatan 17 Agustus," kata Agil.(*)