Tulungagung (Antara Jatim) - Oleh Destyan Handri Sujarwoko
Tulungagung, 9/5 (Antara) - Sejumlah perajin gerabah tradisional di
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan stagnasi harga jual
produk kerajinan mereka sebagai dampak membanjirnya produk gerabah
modern berbahan logam dan plastik.
"Dari dulu harganya nyaris tidak berubah. Naik sedikit saja jualnya
sudah susah, padahal pangsa pasar telah kami perluas hingga luar Jawa,"
ujar Yatemi, pelaku UKM gerabah dapur berbahan tanah liat di Dusun
Kates, Desa Rejotangan, Kecamatan Rejotangan, Tulungagung, Selasa.
Ia menunjukkan produk cobek buatan dari tanah liat hasil kerajinan
warga ukuran kecil yang nilai jualnya Rp700 per buah. Harga itu nyaris
tidak banyak berubah dibanding lima tahun sebelumnya yang dipatok Rp600
per buah.
"Naik Rp100 saja beratnya minta ampun. Padahal berbagai kebutuhan
bahan pokok naik, bahan baku dan kayu bakar juga naik," ujarnya.
Suwaji, pelaku usaha kerajinan gerabah tradisional lainnya
menuturkan, dalam satu tahap proses produksi yang memakan waktu sekitar
15 hari hingga proses pembakaran, omzet penjualan tidak lebih dari Rp750
ribu.
pendapatan kotor itu dengan asumsi volume produk kerajinan gerabah beraneka jenis dan ukuran sekitar 900-1.000 buah.
"Tidak ada pilihan lain, karena memang pekerjaan kami di sini hanya ini (membuat gerabah tanah liat)," ujar Waji.
Selain cobek, beberapa jenis ukuran gerabah yang dibuat warga Dusun
Kates biasanya berupa kuali, kendi atau tempat minum tradisional,
tungku kecil untuk memasak dengan bahan bakar arang, hingga sejenis
wajan atau penggorengan kuno.
"Hampir semua warga di Dusun Kates yang mencapai 50 KK lebih ini
memiliki usaha dan keahlian yang diwariskan secara turun-temurun,"
ujarnya.
Untuk penjualan, gerabah tradisional buatan tersebut selain untuk
memenuhi kebutuhan pasar lokal juga untuk memenuhi permintaan pasar di
Kalimantan, Sumatera dan sebagian Bali.
"Sudah ada pedagang besar yang ambil lalu dijual lagi ke beberapa
kota di Kalimantan, Sumatera dan Bali. Pedagang besar ini juga mengambil
hasil kerajinan gerabah batu di Wajak Kidul (Boyolangu) untuk di kirim
ke luar Jawa," kata beberapa perajin lainnya. (*)
Perajin Gerabah Tradisional Keluhkan Stagnasi Harga Jual
Selasa, 9 Mei 2017 22:27 WIB
"Naik Rp100 saja beratnya minta ampun. Padahal berbagai kebutuhan bahan pokok naik, bahan baku dan kayu bakar juga naik," ujarnya.