Magetan (Antara Jatim) - Warga di wilayah Plaosan meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magetan, Jawa Timur, segera melakukan sosialisasi tentang rencana eksplorasi geotermal di Gunung Lawu yang akan dilakukan di wilayah itu dan Karaganyar, Jawa Tengah.
Ketua RT 14/RW 03 Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kasbi, mengaku belum ada pembicaraan secara resmi antara pemerintah desa dengan Pemkab Magetan terkait rencana tersebut.
"Belum ada pembahasan, sehingga warga masih belum tahu dampak yang akan ditimbulkan dari proyek pengeboran tersebut," ujar Kasbi kepada wartawan di Magetan, Minggu.
Menurut dia, ia pernah mendengar tetnng rencana eksplorasi geotermal di Gunung Lawu tersebut sekitar lima tahun lalu. Waktu itu ada tim dari Bandung, Jawa Barat, datang ke desanya untuk melakukan survei di sekitar kawah. Lokasinya berjarak sekitar tiga kilometer dari permukiman penduduk.
"Kala itu, petugas itu menyebut sebatas melakukan penelitian. Jadi tidaknya pengeboran tergantung pemerintah pusat," kata Kasbi.
Setelah kegiatan itu, ia mengaku belum menerima kabar kelanjutan dari rencana proyek eksplorasi panas bumi tersebut. Hingga kini, sejak awal tahun 2017 mulai ramai kembali dibahassetelah banyak terjadi aksi penolakan dari aktivis pencinta lingkungan di wilayah Karanganyar, Jawa Tengah.
"Karena itu, kami berharap dari pemerintah pusat maupun daerah segera ada sosialisasi tentang kejelasan proyek tersebut. Hal itu agar tidak menimbulkan masalah dan kebigungan di masyarakat," katanya.
Sementara, Kabag Sumber Daya Alam (SDA) Kabupaten Magetan Muryono membenarkan jika sosialiasi yang dilakukan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) selaku pemenang tender proyek maupun pemerintah pusat masih minim.
"Kami juga meminta Kementerian ESDM atau PT PGE agar gencar melakukan sosialisasi di Magetan. Sebab meski Magetan hanya terdampak kecil, namun tetap saja ikut terdampak dan membuat warga cemas," kata Muryono.
Muryono menjelaskan, berdasarkan informasi dari Kementerian ESDM, diketahui luas area Magetan yang terdampak proyek tersebut sangat kecil jika dibandingkan wilayah lain seperti Karanganyar dan Sragen, Jawa Tengah.
Diperkirakan luasnya tidak ada lima persen dari total 60 ribu hektare yang bakal dieksplorasi. Hal itu karena mengikuti dengan letak sumber panas bumi yang ada di dalam area Gunung Lawu.
Pihaknya meminta warga Magetan agar melihat eksplorasi panas bumi itu dari sudut pandang yang luas. Tidak terburu-buru hanya melihat dari sisi negatifnya. Warga diimbau perlu juga melihat dari sisi manfaat jangka panjangnya, yakni pemanfaatan sumber energi listrik.
Selain itu, berdasarkan pemaparan Kementerian ESDM, pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik itu sangatlah ramah lingkungan. Hanya saja memang diperlukan investasi yang mahal dan proses lama.
Seperti diketahui, pengerjaan proyek eksplorasi tenaga panas bumi di Gunung Lawu rencananya akan dimulai tahun 2017. Adapun, produksi pertama tenaga listrik panas bumi itu ditargetkan mulai tahun 2023 dengan jumlah yang diproduksi saat itu 110 Megawatt (MW) dari kapasitas 165 MW. (*)