Pamekasan (Antara Jatim) - Tim Serapan Gabah (Sergab) dari Kodim 0826 Pamekasan, Jawa Timur, kini sudah menyerap 149,65 ton gabah kering giling milik petani di wilayah itu.
Menurut Pasiter Kodim 0826/Pamekasan Kapten Arh Ariman, serapan gabah petani untuk Kabupaten Pamekasan sejumlah itu, sesuai hasil laporan dari masing-masing koramil di 13 kecamatan di Kabupaten Pamekasan.
"Jumlah serapan gabah sebanyak 149,65 ton ini, sesuai laporan yang disampaikan petugas tim Sergab di masing-masing koramil hingga Selasa (14/3) kemarin," katanya kepada Antara di Pamekasan, Rabu sore.
"Khusus untuk hari ini, akan diketahui tengah malam nanti, karena kegiatan serapan gabah oleh anggota, terkadang hingga tengah malam," katanya.
Pasiter Kapten Ariman menjelaskan, pada musim panen padi kali, semua kekuatan TNI di masing-masing koramil memang dikerahkan guna membantu mensukseskan program swasembada pangan yang telah dicanangkan pemerintah.
Caranya, dengan membentuk posko Serapan Gabah, termasuk menjadikan kantor Koramil di masing-masing kecamatan sebagai posko serapan gabah sementara.
Ariman menjelaskan, jumlah serapan gabah sebanyak 149,65 ton itu, dipersikan masih sekitar 5 persen dari jumlah total hasil panen padi petani Pamekasan yang tersebar di 178 desa dan 11 kelurahan di Kabupaten Pamekasan.
"Hanya saja, meski baru sekitar 5 persen, bukan berarti ini jaminan, bahwa serapan gabah di Pamekasan akan banyak, karena masyarakat petani di Pamekasan memiliki kebiasaan menyimpan hasil panen, berbeda dengan daearah lain," katanya.
Ia menjelaskan, masyarakat Madura, khususnya petani di Pamekasan biasa menyimpan hasil panen mereka, baik berupa gabah, ataupun jagung untuk persediaan makanan selama 1 tahun.
Pola seperti ini, sambung Ariman sudah berlangsung turun temurun. Petani membuat tempat penyimpangan pangan tersendiri yang dalam bahasa Madura dikenal dengan sebutan "Durung".
"Durung ini biasanya ditempatkan diatas dapur mereka dan ditaruh diatas tungku. Nah, sampai sekarang ini, kebiasaan menyimpan hasil pertanian seperti itu masih berlangsung. Ini bagus sebenarnya," katanya.
TNI, sebagai institusi yang ditunjuk pemerintah sebagai pendamping mensukseskan program swasembada pangan dan peningkatan serapan gabah, tidak akan berupaya menghapus kebiasaan baik masyarakat Pamekasan itu. Akan tetapi terus mendorong masyarakat, agar tidak hanya bercocok tanam untuk kebutuhan makanan selama setahun, namun juga bisa dijual.
"Makanya pada program pemdampingan yang kami lakukan selama ini, lebih maksimal, tujuannya agar cadangan makanan petani bisa lebih, sehingga ada yang khusus untuk disimpan, dan ada yang khusus untuk dijual," katanya. (*)