Pamekasan (Antara Jatim) - Penyerapan gabah kering giling di Pulau Madura, Jawa Timur kini baru terealisasi 308,6 ton dari target total 25.000 ton tahun ini.
"Data serapan gabah ini terungkap dalam rapat koordinasi antara pengusaha penggilingan padi Pamekasan dengan Bulog Sub Divre XII Madura di Makodim Pamekasan beberapa hari lalu," kata Komandan Kodim 0826 Pamekasan Letkol Arm Mawardi di Pamekasan, Selasa siang.
Ia menjelaskan, dalam rapat yang dihadiri Kasiter Korem 084/Bhaskara Jaya, Kabulog Sub Divre XII Madura, Danramil dan 39 orang pengusaha beras dan penggilingan padi itu terungkap bahwa rendahnya serapan gabah itu karena beberapa hal.
Salah satunya, karena harga pembelian yang ditetapkan pemerintah lebih renddah dari harga pembelian oleh pedagang pengepul di pasaran.
Harga gabah yang ditetapkan Bulog saat ini Rp4.650, sedangkan di pasaran (tengkulak) sudah mencapai Rp5.000, per kilogram.
"Harga sebesar Rp5.000 per kilogram ini, tanpa memperhitungkan kadar air dan kotoran, sedangkan harga Rp4.650 masih mempertimbangan faktor kotoran dan kadar air," kata salah seorang pengusaha penggilingan padi dalam rapat itu, Hasan Basri.
Persoalan lainnya yang menyebabkan penyerapan gabah di Madura sulit, karena masyarakat lebih suka menyimpan gabah untuk persediaan selama satu tahun sampai musim panen yang akan datang.
Rapat evaluasi pelaksanaan penyerapan gabah yang digelar Kodim 0826 Pamekasan dengan para pengusaha penggilingan padi dan Bulog Sub Divre XII Madura ini dimaksudkan untuk mendukung swasembada pangan dan mencegah kebijakan impor beras, sehingga perlu dukungan dan kerjasama para pengusaha pemilik penggilingan padi.
Kepala Bulog Sub Divre XII Madura Kurniawan menjelaskan, selain harga dan ketentuan kualitas gabah, kendala lain yang dihadapi Bulog Sub Divre XII Madura dalam hal penyerapan gabah petani, aturan yang dikeluarkan Bulog Divre Jatim.
"Aturan itu mengharuskan penyerapan dalam bentuk gabah dan HPP yang sudah ditetapkan," katanya. (*)