Sampang (Antara Jatim) - Sebanyak 626 warga Sampang, Jawa Timur, terserang penyakit demam
berdarah dengue (DBD) sepanjang 2016, dan dari jumlah itu enam
diantaranya meninggal dunia.
"Data warga Sampang yang menderita DBD ini mulai Januari hingga Desember 2016," kata Humas Dinas Kesehatan Pemkab Sampang Farid Bil Faqih di Sampang, Kamis.
Ia menjelaskan, dibanding tahun sebelumnya, jumlah penderita DBD di Kabupaten Sampang itu jauh lebih sedikit.
Sebab pada 2015, jumlah warga Sampang yang terdata menderita DBD sebanyak 638 orang dan dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 14 orang.
"Jadi ada penurunan sebanyak 12 orang, dan korban meninggal dunia menurun sebanyak delapan orang dibanding 2016," katanya, menjelaskan.
Rata-rata warga yang terserang penyakit itu berusia 5 sampai 25 tahun dan kebanyakan dari lima kecamatan, yakni Kecamatan Sampang, Kedungdung, Sokobanah, Sreseh dan Kecamatan Banyuates.
Menurut Farid, salah satu penyebab banyaknya warga Sampang yang terserang DBD hingga banyak juga yang meninggal dunia karena belum memahami gejala-gejala DBD.
Akibatnya, penanganan pasien karena tidak segera dirujuk ke puskesmas ataupun rumah sakit, juga lambat.
"Banyak pasien baru dirujuk ke puskesmas dan rumah sakit, setelah kritis. Ini menjadi penyabab banyaknya pasien DBD meninggal dunia pada 2015," katanya, menjelaskan.
Ia menjelaskan, sejak adanya kasus itu, Dinkes Sampang langsung menggencarkan sosialisasi, dan hasil.
"Makanya pada 2016 angka penderita mengalami penurunan dan angka pasien terserang DBD juga menurun," katanya.
Selain itu, pihaknya juga sering melakukan pengasapan pemberian abate, di beberapa kecamatan yang endemis DBD. (*)
"Data warga Sampang yang menderita DBD ini mulai Januari hingga Desember 2016," kata Humas Dinas Kesehatan Pemkab Sampang Farid Bil Faqih di Sampang, Kamis.
Ia menjelaskan, dibanding tahun sebelumnya, jumlah penderita DBD di Kabupaten Sampang itu jauh lebih sedikit.
Sebab pada 2015, jumlah warga Sampang yang terdata menderita DBD sebanyak 638 orang dan dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 14 orang.
"Jadi ada penurunan sebanyak 12 orang, dan korban meninggal dunia menurun sebanyak delapan orang dibanding 2016," katanya, menjelaskan.
Rata-rata warga yang terserang penyakit itu berusia 5 sampai 25 tahun dan kebanyakan dari lima kecamatan, yakni Kecamatan Sampang, Kedungdung, Sokobanah, Sreseh dan Kecamatan Banyuates.
Menurut Farid, salah satu penyebab banyaknya warga Sampang yang terserang DBD hingga banyak juga yang meninggal dunia karena belum memahami gejala-gejala DBD.
Akibatnya, penanganan pasien karena tidak segera dirujuk ke puskesmas ataupun rumah sakit, juga lambat.
"Banyak pasien baru dirujuk ke puskesmas dan rumah sakit, setelah kritis. Ini menjadi penyabab banyaknya pasien DBD meninggal dunia pada 2015," katanya, menjelaskan.
Ia menjelaskan, sejak adanya kasus itu, Dinkes Sampang langsung menggencarkan sosialisasi, dan hasil.
"Makanya pada 2016 angka penderita mengalami penurunan dan angka pasien terserang DBD juga menurun," katanya.
Selain itu, pihaknya juga sering melakukan pengasapan pemberian abate, di beberapa kecamatan yang endemis DBD. (*)