Sumenep (Antara Jatim) - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menyatakan kapal tongkang bermuatan batu bara yang kandas di Perairan Pulau Gililabak, Kecamatan Talango, diduga merusak terumbu karang di wilayah tersebut.
"Kami sudah mengutus staf untuk turun ke lapangan pada Rabu (2/11). Posisi kandasnya kapal tersebut memang di area terumbu karang di Perairan Pulau Gililabak," ujar Kepala BLH Sumenep, M Syahrial di Sumenep, Kamis.
Pada Selasa (1/11) sekitar pukul 11.00 WIB, Kapal Tunda MDM Balikpapan yang menarik tongkang BG.MDM 4 milik PT Meratus Advance Maritim dengan muatan 12.420 mega ton batu bara kandas di Perairan Pulau Gililabak.
Posisi kandasnya kapal tongkang itu diduga berada di area terumbu karang yang selama ini menjadi lokasi "snorkling" para pengunjung Pantai Pulau Gililabak.
Sejak 2015, Pemkab Sumenep menyiapkan Pantai Pulau Gililabak sebagai lokasi wisata bahari dan salah satu daya tariknya adalah aneka terumbu karang.
"Kami akan melaporkan kejadian tersebut ke BLH Provinsi Jawa Timur. Namun, untuk luasan terumbu karang yang diduga rusak akibat kandasnya kapal tongkang itu, butuh pengecekan lebih lanjut," kata Syahrial, menerangkan.
BLH Sumenep akan mengirimkan laporan secara resmi atas kejadian kandasnya kapal tongkang yang diduga merusak terumbu karang di Pantai Pulau Gililabak itu ke BLH Provinsi Jawa Timur pada Kamis ini.
Sebelumnya, pada Rabu (2/11), Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi meminta pemilik kapal tongkang bermuatan batu bara yang kandas untuk ikut bertanggung jawab, jika terjadi kerusakan terumbu karang di Pantai Pulau Gililabak.
Alasannya, terumbu karang itu merupakan ikon Pantai Pulau Gililabak sebagai lokasi wisata bahari dan kalau sampai rusak tentunya akan berdampak pada nilai jual objek wisata tersebut.
Sesuai informasi dari polisi, tongkang bermuatan batu bara yang ditarik oleh kapal tunda itu bertolak dari Asam-Asam Anchorage Area Banjarmasin pada Jumat (28/10) sekitar pukul 17.15 WIB dengan tujuan Paiton, Probolinggo.
Dalam perjalanan ke Paiton, tepatnya di Perairan Selat Madura, nakhoda kapal tunda, Moses Mantiri melihat ada kemiringan pada tongkang bermuatan batu bara tersebut pada Minggu (30/10) sekitar pukul 07.30 WIB hingga 09.10 WIB.
Pada Senin (31/10) sekitar pukul 11.00 WIB ketika masih di Perairan Selat Madura, nakhoda kapal tunda memutuskan melakukan deviasi pelayaran setelah mendapat persetujuan dari pimpinannya, tepatnya ke Pulau Gililabak, karena posisi tongkang bermuatan batu bara itu makin miring ke kiri.
Kru kapal tunda yang tongkangnya mengalami kebocoran dan selanjutnya dikandaskan di Perairan Pulau Gililabak itu terdiri atas 11 orang, yakni satu nakhoda dan 10 anak buah kapal. (*)