Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim mengajak perguruan tinggi lain di Indonesia untuk mengkaji serta merumuskan kurikulum bela negara.
“Penerapan bela negara di UPN sudah bentuk mata kuliah. Tapi grand design untuk perguruan tinggi lain ini bisa disesuaikan dengan muatan lokalnya,” katanya di gedung Techno Park UPN Jatim, Sabtu.
Dia menjelaskan, penerapan mata kuliah bela negara dilakukan sebesar tiga Sistem Kredit Semester (SKS), dengan dua SKS teori dan satu SKS praktik.
Penerapan ini, lanjutnya, merupakan pengembangan dari mata kuliah Widya Mwat Yasa. Dengan pertemuan antar perguruan tinggi ini, diharapkan grand desain yang ada di UPN bisa didiskusikan dan dibuat dinamis.
“Kami akan mendapat sumber koreksi dari Kemenristek dan Kemenhan. Dari sifatnya dinamis ditetapkan di muatan lokal menjadi kewajiban karena sudah termuat di undang-undang,” lanjutnya.
Teguh mengungkapkan, sebenarnya UPN telah berupaya menggagas agar kurikulum sejak 2010 ini agar bisa dijadikan modal dasar menyusun kurikulum nasional. Ia menjelaskan banyak hal yang bisa diambil dari Bela Negara, salah satunya baris-berbaris.
"Banyak manfaat dari baris-berbaris terutama dalam hal disiplin. Itu akan penting bagi mahasiswa jika lulus dan bekerja. Karena dengan disiplin kita bisa menghargai teman ataupun atasan," jelasnya,
Menanggapai grand esign Kurikulum Bela Negara, Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Timbul Siahaan mengungkapkan Kurikulum Bela Negara bisa diterapkan dengan fleksibel melalui berbagai mata kuliah. Tidak harus statis seperti NKRI harga mati. Tetapi lebih kepada menerapkan berbagai sikap kecintaan tanah air misalkan dalam seni budaya dalam mewujudkan kecintaannya.
“Nilai-nilai bela negara harus hadir dalam kurikulum ini, seperti menjaga keutuhan, cinta tanah air, rela berkorban,” katanya.
Sementara itu Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Paristiyanti Nurwadani mengungkapkan Kurikulum Bela Negara merupakan pengembangan dari upaya pembentukan karakter bangsa.Karena menurutnya perkembangan saat ini mahasiswa cenderung kurang inovatif, kurang melek media dan teknologi hingga kemampuan kepemimpinan yang kurang.
“Semangat bela negara bisa diterapkan dalam berbagai karya, kreativitas,inovasi yang berwawasan global berbasis nusa untuk kepentingan bangsa,” lanjutnya.
Paris menjelaskan, kurikulum bela negara juga bisa diterapkan di setiap mata kuliah umum seperti di ITB, IPB, bahkan UI. Menurutnya, kampus-kampus tersebut sudah menerapkan kurikulum yang terintegrasi dengan bela negara sebanyak enam SKS.
Seminar dan Loka Karya Nasional “Bela Negara” serta Grand Design Kurikulum Bela Negara dan Rancangan Implementasinya sendiri diikuti oleh perwakilan 40 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.(*)