Ngawi (Antara Jatim) - Terminal Kertonegoro di Kabupaten Ngawi Jawa Timur dinilai warga daerah setempat tidak berfungsi secara maksimal.
Warga Ngawi Dwi Kartiko mengatakan, jika malam hari, terminal tipe A tersebut sangat sepi, gelap, dan tidak ada bus yang masuk.
"Kalau malam jarang ada bus yang masuk, penerangannya minim, sepi, dan tidak ada calon penumpang yang menggunakan fasilitas umum tersebut," ujar Kartiko kepada wartawan, Jumat.
Kondisi itu membuat para awak bus dan calon penumpang enggan memanfaatkan terminal. Para sopir bus banyak yang menaikkan dan menurunkan penumpang di luar terminal. Bahkan penumpang sendiri banyak yang menolak jika diturunkan di terminal.
Padahal, jika dikelola dengan baik, Terminal Kertonegoro Ngawi dapat memberikan pendapatan yang signifikan, baik bagi pemerintah maupun warga yang memiliki mata pencaharian di tempat fasilitas umum tersebut.
Ia berharap pihak terkait melakukan pembenahan agar terminal yang sempat dijagokan sebagai gerbang masuk Provinsi Jawa Timur tersebut dapat berfungsi maksimal.
Kepala UPT Terminal Kertonegoro Ngawi Ali Imron Haryadi mengakui jika kondisi Terminal Kertonegoro Ngawi tidak maksimal. Ia juga membenarkan jika sepinya calon penumpang menjadi alasan para sopir bus maupun angkutan kota untuk tidak masuk ke Terminal Kertonegoro.
Selain sepi penumpang, terdapat faktor lain yang menyebabkan Terminal Kertonegoro tidak berfungsi optimal di antaranya adalah kondisi jalan masuk menuju terminal yang rusak dan bergelombang, juga penerangan yang kurang sehingga tidak optimal saat malam hari.
Meski demikian, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan fungsi terminal. Di antaranya dengan menertibkan para sopir bus dan angkutan umum yang mangkal di luar untuk masuk ke terminal. Sebab, jika dilihat dari sisi aturan, hal itu jelas melanggar.
"Sesuai peraturan yang ada, seluruh bus baik AKAP maupun AKDP yang melintas di jalur Mantingan-Ngawi diharuskan masuk ke Terminal Kertonegoro. Jika tidak masuk ke terminal maka dikenakan sanksi denda," kata Ali Imron kepada wartawan.
Seperti diketahui, pembangunan Terminal Kertonegoro Ngawi telah menelan anggaran APBD sebesar Rp42 miliar. Terminal tersebut memiliki luas 5 hektare dengan fasilitas lengkap, meliputi perkantoran, tempat tunggu kedatangan penumpang, tempat tunggu keberangkatan penumpang, toko dan kios bagi pedagang, tempat ibadah, toilet, dan lainnya.
Terminal yang berada di dekat jalur Ngawi-Solo tersebut juga memiliki kapasitas penumpang hingga 3.000 orang. Sedangkan, kapasitas bus baik minibus, bus Antarkota Dalam Provinsi (AKDP) dan bus Antarkota Antar Provinsi (AKAP) sampai 700 unit.
Sementara, data UPT terminal setempat mencatat, rata-rata jumlah armada bus yang masuk dan beroperasi di Terminal Kertonegoro berkisar antara 400 hingga 450 bus per hari. Sedangkan jumlah bus yang lolos tak masuk terminal pada malam hari diprediksi mencapai 100 bus setiap harinya. (*)