Bojonegoro (Antara Jatim) - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merenggut nyawa 11 warga Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dari 338 penderita sejak 1 Januari lalu, kata Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro Wheny Dyah, di Bojonegoro, Jumat.
Jumlah penderita DBD yang meninggal dunia tahun ini, lanjut dia, lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang hanya tujuh penderita DBD yang meninggal dunia.
"Meningkatnya jumlah penderita DBD yang meninggal dunia di seluruh Jawa Timur sama ada kecenderungan meningkat dibandingkan tahun lalu," paparnya.
Ditanya penyebabnya ia menjelaskan bahwa meningkatnya jumlah korban meninggal akibat DBD dipengaruhi meningkatnya keganasan virus DBD. Selain itu juga faktor turunnya ketahanan tubuh manusia yang dipengaruhi zat kimia dari makanan.
Di lain pihak, pengasapan atau "fogging" tidak bisa efektif mencegah penyebaran serangan nyamuk "aedes aegypti" karena tidak bisa membunuh jentik-jentik.
"Pengasapan hanya membunuh nyamuk dewasa, tapi tidak membunuh jentik-jentik nyamuk aedes aegypti," ucapnya, menegaskan.
Yang jelas, menurut dia, jumlah penderita DBD yang dirawat di sejumlah rumah sakit umum daerah (RSUD) milik pemerintah kabupaten (pemkab), juga sejumlah RS swasta, ada kecenderungan menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Ia merinci jumlah penderita DBD pada Juni hanya lima penderita, sebelumnya pada Mei 20 penderita dan April sebanyak 27 penderita.
Jumlah penderita DBD itu, lanjut dia, jauh menurun dibandingkan dengan penderita DBD pada Januari sebanyak 135 penderita.
"Turunnya jumlah penderita DBD karena masuk musim kemarau, sebab biasanya serangan DBD tertinggi pada musim hujan Desember-Januari," jelas dia.
Ia menambahkan cara paling efektif, mencegah penyebaran penyakit DBD yang disebabkan serangan nyamuk "aedes aegypti" melalui gerakan 3 M yaitu menguras, mengubur dan menutup, tempat sarang nyamuk.
"Masyarakat harus ikut berperan untuk menegah penyebaran nyamuk "ades aegypti" melalui gerakan 3 M," ucapnya, menegaskan. (*)