Tulungagung (Antara Jatim) - Pecinta budaya dan sejarah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur berharap pemerintah daerah setempat mengantisipasi penambangan pasir yang berpotensi merusak situs di area temuan fosil tengkorak manusia kuno yang diduga berasal dari zaman klasik.
"Menurut kami, langkah-langkah awal diperlukan untuk mengantisipasi perusakan lingkungan di lokasi temuan fosil dan sejumlah situs budaya yang diduga berasal dari zaman Kerajaan Singasari atau Majapahit tersebut," kata Ketua Komunitas Peduli Peninggalan Majapahit dan Kadiri di Tulungagung, Bambang Eko Ariadi, Kamis.
Menurut Eko, pencegahan aktivitas penambangan pasir dan batu penting diberlakukan karena area penemuan fosil yang merupakan bantaran Sungai Brantas merupakan kawasan galian C.
Dengan dilakukannya sterilisasi, kata dia, potensi situs sejarah maupun keberadaan fosil yang diduga berasal dari era 1.058 Saka atau 1.138 Masehi yang masih terpendam itu tidak berisiko hilang atau rusak.
"Setidaknya sampai aktivitas eskavasi oleh tim arkeologi dilakukan di titik-titik yang sudah teridentifikasi sebagai lokasi penemuan fosil tengkorak serta petunjuk situs budaya kuno," ujarnya.
Sementara menunggu langkah nyata dari pemerintah daerah dan Balai Pemelihara Cagar Budaya Jatim, kata Eko, KPPMK saat ini memilih proaktif melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar temuan fosil dan situs budaya zaman kuno di bantaran Sungai Brantas, Desa Pulotondo, Kecamatan Ngunut.
"Kami juga melakukan semacam penelitian independen bersama anggota komunitas namun bukan dalam artian melakukan eskavasi, karena itu kewenangan BPCB atau tim arkeologi yang sah dan diakui oleh negara," ujarnya.
Menurut Eko, petunjuk awal yang sudah berhasil mereka temukan menunjukkan area bantaran Sungai Brantas di Desa Pulotondo merupakan salah satu pusat perdagangan lintassungai yang cukup besar pada masanya.
"Hipotesa ini tentu membutuhkan penelitian mendalam dan skala besar. Kami baca literatur dan dulunya memang ada jalur perdagangan sungai yang salah satu pusatnya ada di sekitar Pulotondo ini," ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kasi Pelestarian Purbakala dan Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung Tri Nugraha mengatakan ada sejumlah tengkorak yang ditemukan warga saat menambang pasir di sekitar bantaran Sungai Brantas, Desa Pulotondo.
Beberapa tengkorak akhirnya dibuang karena warga takut dan alasan kepercayaan tradisional, sementara beberapa lainnya sempat diamankan dan kini dievakuasi tim arkeologi Universitas Airlangga untuk penelitian lebih lanjut.
"Kami sudah berkoordinasi dengan BPCP Jatim dan ada rencana eskavasi lanjutan, namun waktunya belum bisa ditentukan sekarang. Mungkin tahun depan," ujarnya.(*)
Pecinta Sejarah: Pemda Tulungagung Harus Antisipasi Perusakan
Kamis, 19 Mei 2016 21:21 WIB
"Hipotesa ini tentu membutuhkan penelitian mendalam dan skala besar. Kami baca literatur dan dulunya memang ada jalur perdagangan sungai yang salah satu pusatnya ada di sekitar Pulotondo ini," ujarnya.