Madiun (Antara Jatim) - Warga Desa Sidorejo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur mampu mengubah limbah tunggak pohon jati menjadi ukiran yang bernilai seni tinggi hingga merambah pasar ekspor.
Di tangan sejumlah perajin, limbah-limbah tunggak jati yang banyak di desa di tepian hutan tersebut, diubah menjadi ukiran kayu berbentuk aneka hewan yang artistik. Di antaranya, bentuk patung burung garuda, kuda, naga, kura-kura, kera, dan masih banyak lainnya.
"Selain dijual di pasar domestik, hasil kerajinan ukir tunggak jati tersebut juga dilirik oleh para kolektor dari Malaysia, Korea, dan juga Tiongkok," ujar Kepala Desa Sidorejo, Bono, kepada wartawan, Kamis.
Menurut dia, usaha seni ukir tunggak jati itu dirintis sejak tahun 1995 silam. Diawali oleh seorang warga setempat bernama Sudarso yang hanya bermodalkan pelajaran seni rupa dan ukir di bangku sekolah.
Kenekatan dan keuletan Sudarso tersebut berbuah sukses dan jejaknya pun diikuti oleh teman-temannya di desanya hingga kini.
"Sekarang ini sudah ada enam perajin kayu ukir di Desa Sidorejo, Saradan. Mereka memproduksi secara rutin maupun sesuai pesanan," kata dia.
Harga yang dipatok juga bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Tergantung dari ukuran dan tingkat kerumitan ukiran model.
Seiring waktu, kerajinan seni ukir tunggak jati di Desa Sidorejo sekarang tak hanya fokus pada bisnis saja. Tetapi sudah mengarah pada upaya pemberdayaan.
"Saat ini banyak pelajar dan warga dari desa lain yang datang ke desa ini untuk belajar seni ukir tunggak jati," ucap Kades Bono.
Meski dari segi pemasaran tidak mengalami kendala, perajin seni ukir tunggak jati Desa Sidorejo tetap butuh dukungan dari Pemkab Madiun. Terutama dalam upaya promosi agar seni ukir tunggak jati menjadi potensi lokal.
"Sehingga bisa terkenal seperti di Desa Kasongan Yogyakarta yang terkenal dengan gerabah, ataupun reog seperti Ponorogo," tuturnya.
Ia menambahkan, tak hanya seni ukir, banyak potensi lokal yang digarap oleh penduduk Desa Sidorejo yang berada di tepian hutan tersebut. Di antaranya, kerajinan anyaman, alat rumah tangga dari limbah potongan kayu, hiasan dinding dari ranting kayu.
Warga desa juga membudidayakan sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Sebagian lainnya juga aktif berkebun porang di areal hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup melalui potensinya masing-masing. (*)