Tulungagung (Antara Jatim) - Seorang warga transmigran asal Tulungagung, Jawa Timur mengaku telah menjadi korban salah tangkap aparat keamanan karena mengiranya salah satu mantan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di tempatnya bermukim di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
"Saya tidak ada kaitannya dengan gafatar, tapi saya tetap saja dipulangkan paksa oleh pemerintah," kata Imam Arifin (25), warga Desa Wonorejo, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung yang dipulangkan pemerintah karena dianggap mantan pengikut gafatar yang mendirikan base camp komunal di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Rabu.
Pemulangan Imam Arifin sempat mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian, TNI, serta dinas/instansi terkait.
Setelah dipulangkan menggunakan pesawat komersil bersama sejumlah mantan pengikut gafatar lain di Jatim, Imam tiba di rumahnya sekitar pukul 23.30 WIB.
Ia dijemput dua perangkat Desa Wonorejo atas instruksi pihak kecamatan dan surat pemberitahuan resmi dari provinsi.
Penjemputan langsung di bandara Juanda Surabaya. Namun saat dikonfirmasi wartawan, Imam menolak disebut mantan pengikut gafatar.
Ia justru menyayangkan sikap pemerintah utamanya aparat keamanan yang memandang sebagian besar masyarakat luar Kalimantan yang berada di Kalimantan merupakan pengikut gafatar.
"Padahal sebenarnya, banyak orang Jawa berada di Kalimantan untuk bertani. Kami ikut program pertanian di sana, tapi mengapa juga dianggap sebagai gafatar," ujarnya.
Senada, Sekretaris Desa Wonorejo, Burhan menegaskan bahwa warganya, Imam Arifin yang saat ini masih mengurus dokumen pencatatan sipil di Wonorejo bukanlah anggota gafatar.
Menurut Burhan, korban saat itu nekat berangkat untuk bekerja sebagai petani di Kalimantan.
Selain itu, perilaku Imam selama ini dikenal baik dan tidak pernah terlibat dalam gerakan radikal.
"Jadi saya mohon, pemerintah juga bisa membantu utnuk pengembalian nama baik Imam," ujarnya.
Sementara, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tulungagung Yumar mengaku belum banyak memberikan penjelasan.
Alasannya, hingga saat ini masih koordinasi dengan pihak provinsi.
"Setiap tahun ada jatah untuk pemberangkatan transmigrasi. Mungkin bisa ikut itu," ujarnya.(*)
Transmigran Tulungagung Mengaku Korban Salah Tangkap Aparat
Rabu, 24 Februari 2016 20:13 WIB
"Padahal sebenarnya, banyak orang Jawa berada di Kalimantan untuk bertani. Kami ikut program pertanian di sana, tapi mengapa juga dianggap sebagai gafatar," ujarnya.