Gresik, (Antara Jatim) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan kerja sama lisensi dengan Petrosida Gresik untuk mengembangkan enzim yang menggunakan sumber daya hayati lokal hasil temuan sejumlah peneliti Indonesia.
Penandatanganan kerja sama lisensi dihadiri Deputi Kepala BPPT Bidang Technologi and Biotechnology (TAB) Eniya Listiani Dewi, Direktur Utama PT Perosida Gresik, Drs Dwi Tjahyo Juniarto serta Kepala BPPT Unggul Priyanto, dan dilakukan di Pabrik Petrosida Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Jumat.
"Kerja sama lisensi ini prestasi bagi BPPT dan karya anak bangsa, karena sudah diakui dan dihargai industri, serta siap diproduksi secara komersil dan bersaing dengan produk di pasaran," kata Eniya Listiani, setelah penandatangan kerja sama itu.
Ia mengatakan, secara umum temuan ahli Indonesia terkait enzim tidak kalah dengan luar negeri, sehingga dengan adanya lisensi dari industri semakin memperkuat dan meyakinkan jika setiap temuan peneliti Tanah Air bisa diproduksi.
"Kita perlu bangga hasil karya anak bangsa sehingga bisa meningkatkan taraf hidup perekonomian di Indonesia, seperti penemuan enzim oleh BPPT yang dikerjasamakan dengan PT Petrosida Gresik," katanya.
Eniya mengatakan, temuan ini sebenarnya sudah dipatenkan sejak 2012, kemudian dikembangkan dengan bantuan industri untuk selanjutkan diproduksi secara massal dan dipasarkan.
Ia mengatakan, selama ini enzim yang digunakan oleh beberapa perusahaan indonesia 99 persen bahannya masih impor dari negara lain, dan dengan adanya penemuan dan pengembangan ini diharapkan lima tahun ke depan sudah tidak impor lagi.
"Ini adalah awal, dan kita harapkan 5 tahun mendatang kebutuhan enzim di negeri sendiri bisa terpenuhi dengan produksi anak Bangsa," katanya.
Menanggapi kerja sama tersebut, Direktur Utama PT Perosida Gresik, Drs Dwi Tjahyo Juniarto mengaku sangat senang dan bangga dengan temuan peneliti Indonesia, namun demikian belum memasuki pasar secara utuh, dan masih terus melakukan penetrasi pasar.
"Kita sangat optimistis enzim pengembangan peneliti Indonesia ini bisa bersaing di pasaran, namun untuk melihat minat pasar kita belum tahu, sebab belum memasuki pasar secara utuh," katanya.(*)